Jumat, 27 Februari 2009

20 UNIVERITAS TERBAIK VERSI GLOBE ASIA

universitas-universitas terbaik di Indonesia menurut Globe Asia:

Universitas Negeri

1. Universitas Indonesia
2. Universitas Gadjah Mada
3. Institut Teknologi Bandung
4. Institut Pertanian Bogor
5. Universitas Padjajaran
6. Universitas Airlangga
7. Universitas Hasanuddin
8. Institut Teknologi Surabaya
9. Universitas Dipenogoro
10. Universitas Sumatera Utara

Universitas Swasta

1. Universitas Pelita Harapan
2. Universitas Trisakti
3. Universitas Tarumanegara
4. Universitas Atmajaya
5. Universitas Parahayangan
6. Universitas Bina Nusantara
7. Universitas Muhammadiyah Malang
8. Universitas Maranatha
9. Universitas Satya Wacana
10. Universitas Petra

sumber: www.sampoernafoundation.org

२०

universitas-universitas terbaik di Indonesia menurut Globe Asia:

Universitas Negeri

1. Universitas Indonesia
2. Universitas Gadjah Mada
3. Institut Teknologi Bandung
4. Institut Pertanian Bogor
5. Universitas Padjajaran
6. Universitas Airlangga
7. Universitas Hasanuddin
8. Institut Teknologi Surabaya
9. Universitas Dipenogoro
10. Universitas Sumatera Utara

Universitas Swasta

1. Universitas Pelita Harapan
2. Universitas Trisakti
3. Universitas Tarumanegara
4. Universitas Atmajaya
5. Universitas Parahayangan
6. Universitas Bina Nusantara
7. Universitas Muhammadiyah Malang
8. Universitas Maranatha
9. Universitas Satya Wacana
10. Universitas Petra

sumber: www.sampoernafoundation.org

universitas terbaik

Mana Universitas Terbaik?
Nurul Hidayati - detikNews
Jakarta - Mana universitas terbaik di negeri ini? Di sejumlah mailing list (milis), saat ini ramai beredar posting tentang hal.

Posting bertajuk "Mana Universitas Terbaik?" itu menjelaskan keunggulan-keunggulan universitas nasional terkemuka dikaitkan dengan kiprah lulusannya di pentas politik nasional. Memang tidak "serius", tapi tetap menarik disimak, minimal sebagai lelucon ringan di tengah panasnya situasi wakil rakyat kita.

Inilah kutipan "Mana Universitas Terbaik?" tersebut:

1. Yang paling banyak

Universitas Indonesia adalah universitas yang paling banyak memproduksi menteri. sejak zaman kabinet Orla, Orba, Orde Reformasi, sampai Kabinet Indonesia Bersatunya SBY sekarang ini, alumni UI secara rata-rata paling banyak nyangkut di kabinet. Tapi untuk untuk jadi presiden? Belum pernah.. calon saja beloon ada kok. Sepertinya UI hanya spesialis produsen menteri saja.

2. Yang paling produktif

Ternyata ITB adalah perguruan tinggi yang paling produktif sampai saat itu karena sudah mampu menelorkan dua presiden Indonesia, yaitu Soekarno dan
Habibie.

3. Yang paling sial

UGM termasuk kategori yang paling sial, salah satu alumninya, sudah S3, professor (Amin Rais) dan selama 5 tahun "magang" di MPR untuk mempersiapkan diri sebagai calon presiden, dan didukung organisasi alumni pula.. eh ternyata gagal total menjadi presiden..

4. Jagonya strategi

IPB, ternyata adalah yang paling jago dalam hal strategi. Karena tahu persis kapan harus bertindak.. persis saat-saat 'injuri time', yaitu pada dari H-2,
sebelum hari pencoblosan, memberikan gelar doctor (S3) untuk calonnya (SBY) dan ternyata sukses besar menjadi presiden...

5. Yang paling hebat.

Tapi ITB dan IPB jangan sombong dulu, keduanya butuh waktu lama untuk mendididk alumninya (sampai S3 dan professor segala) untuk bisa menjadi presiden, yang paling hebat adalah UNPAD, karena cukup mahasiswa 'drop out' Fak Pertaniannyanya untuk bisa menjadi presiden (Megawati)...

nah gitu deh ...
silahkan kasih opini sendiri
Mana Universitas Terbaik?
Nurul Hidayati - detikNews
Jakarta - Mana universitas terbaik di negeri ini? Di sejumlah mailing list (milis), saat ini ramai beredar posting tentang hal.

Posting bertajuk "Mana Universitas Terbaik?" itu menjelaskan keunggulan-keunggulan universitas nasional terkemuka dikaitkan dengan kiprah lulusannya di pentas politik nasional. Memang tidak "serius", tapi tetap menarik disimak, minimal sebagai lelucon ringan di tengah panasnya situasi wakil rakyat kita.

Inilah kutipan "Mana Universitas Terbaik?" tersebut:

1. Yang paling banyak

Universitas Indonesia adalah universitas yang paling banyak memproduksi menteri. sejak zaman kabinet Orla, Orba, Orde Reformasi, sampai Kabinet Indonesia Bersatunya SBY sekarang ini, alumni UI secara rata-rata paling banyak nyangkut di kabinet. Tapi untuk untuk jadi presiden? Belum pernah.. calon saja beloon ada kok. Sepertinya UI hanya spesialis produsen menteri saja.

2. Yang paling produktif

Ternyata ITB adalah perguruan tinggi yang paling produktif sampai saat itu karena sudah mampu menelorkan dua presiden Indonesia, yaitu Soekarno dan
Habibie.

3. Yang paling sial

UGM termasuk kategori yang paling sial, salah satu alumninya, sudah S3, professor (Amin Rais) dan selama 5 tahun "magang" di MPR untuk mempersiapkan diri sebagai calon presiden, dan didukung organisasi alumni pula.. eh ternyata gagal total menjadi presiden..

4. Jagonya strategi

IPB, ternyata adalah yang paling jago dalam hal strategi. Karena tahu persis kapan harus bertindak.. persis saat-saat 'injuri time', yaitu pada dari H-2,
sebelum hari pencoblosan, memberikan gelar doctor (S3) untuk calonnya (SBY) dan ternyata sukses besar menjadi presiden...

5. Yang paling hebat.

Tapi ITB dan IPB jangan sombong dulu, keduanya butuh waktu lama untuk mendididk alumninya (sampai S3 dan professor segala) untuk bisa menjadi presiden, yang paling hebat adalah UNPAD, karena cukup mahasiswa 'drop out' Fak Pertaniannyanya untuk bisa menjadi presiden (Megawati)...

nah gitu deh ...
silahkan kasih opini sendiri

Akrditasi Universitas Tarumanegara

akreditasi uiversitas tarumanegara


D3
Akuntansi 017/BAN-PT/Ak-VII/Dpl-III/XII/2007 A

Pemasaran 017/BAN-PT/Ak-VII/Dpl-III/XII/2007 A

Keuangan/Perpajakan 017/BAN-PT/Ak-VII/Dpl-III/XII/2007 B

S1

Manajemen 044/BAN-PT/Ak-VII/S1/XII/2003 A

Akuntansi 044/BAN-PT/Ak-VII/S1/XII/2003 A

Fakultas Hukum 044/BAN-PT/Ak-VII/S1/XII/2003 A

Arsitektur 044/BAN-PT/Ak-VII/S1/XII/2003 A

Teknik Sipil 039/BAN-PT/Ak-VII/S1/XI/2003 A

Teknik Mesin 045/BAN-PT/Ak-VII/S1/XII/2003 A

Perenc. Wil & Kota 017/BAN-PT/Ak-IX/S1/X/2005 B

Teknik Elektro 022/BAN-PT/Ak-IX/S1/XII/2005 A

Teknik Industri Belum/dalam persiapan

Teknik Informatika 015/BAN-PT/Ak-IX/S1/VIII/2005 B

Sistem Informasi 001/BAN-PT/Ak-XI/S1/IV/2008 B

Sistem Komputer 005/BAN-PT/Ak-XI/S1/V/2008 C

Kedokteran 001/BAN-PT/Ak-VII/S1/I/2004 A

Psikologi 012/BAN-PT/Ak-IX/VII/2005 A

Desain Interior 020/BAN-PT/Ak-IX/S1/X/2005 B

Desain Kom. visual 021/BAN-PT/Ak-IX/S1/XI/2005 A

Fak. Ilmu Komunikasi Belum/dalam persiapan



Pascasarjana

Magister Hukum 013/BAN-PT/Ak-IV/S2/XII/2005 A

Magister Manajemen 013/BAN-PT/Ak-IV/S2/XII/2005 B

Magister Teknik Sipil 071/BAN-PT/Ak-II/S2/IX/2003 B

Magister Psikologi dalam persiapan

Magister PWK dalam persiapan

Magister Akuntansi dalam persiapan

Doktor Teknik Sipil dalam persiapan

Pend. Profesi Akuntansi (PPA) dalam persiapan

Kamis, 19 Februari 2009

PROSPEK KERJA TEKNIK INFORMATIKA

TEKNIK INFORMATIKA

Yang dipelajari di Teknik Informatika banyak sekali, mulai dari yang dasar, seperti : algoritma dan pemrograman, logika, basis data, rekayasa perangkat lunak, organisasi dan arsitektur komputer, sistem operasi, jaringan komputer, sistem informasi , inteligensi buatan, grafika komputer, sampai ke aplikasi pada bidang-bidang keahlian komputer lainnya. Selain itu, juga akan mempelajari isu-isu sosial dan profesional, serta etika dalam bidang teknologi informasi.

Bidang yang dapat ditekuni seorang sarjana Teknik Informatika cukup beragam, antara lain:
Programmer
Baik sebagai system programmer atau application developer, sarjana IF sangat dibutuhkan di berbagai bidang, misalnya bidang perbankan, telekomunikasi, industri IT, media, instansi pemerintah, dsb.
Software Engineer / Web engineer
Berperan dalam pengembangan perangkat lunak untuk berbagai keperluan. Misalnya perangkat lunak untuk pendidikan, telekomunikasi, bisnis, hiburan, dan sebagainya.
System analyst dan system integrator
Berperan dalam melakukan analisis terhadap sistem dalam suatu instansi atau perusahaan dan membuat solusi yang integratif dengan memanfaatkan perangkat lunak
Konsultan IT
Database Engineer / Database Administrator
Berperan dalam perancangan dan pemeliharaan basis data suatu instansi atau perusahaan.
Web Engineer / Web Administrator
Bertugas merancang dan membangun website beserta berbagai layanan dan fasilitas yang berjalan di atasnya. Ia juga bertugas melakukan maintenance untuk website tersebut dan mengembangkannya.
Computer network / Data Communication Engineer
Bertugas merancang aristektur jaringan, serta melakukan perawatan dan pengelolaan jaringan dalam suatu instansi atau perusahaan

Selain bidang-bidang profesional di atas, sarjana IF juga dapat bekerja di bidang lainnya. Misalnya di bidang pendidikan atau dalam bidang keilmuan dengan menjadi peneliti di lembaga-lembaga penelitian seperti di LIPI, BPPT, dan Badan Penelitian dan Pengembangan di perusahaan.

Rabu, 18 Februari 2009

TATA CARA DAN URUTAN SISTEM PERNIKAHAN ADAT BATAK

TATA CARA DAN URUTAN SISTEM PERNIKAHAN ADAT BATAK


RUHUT-RUHUT PARADATON

A. PARJOJOR NI ANGKA ULAON DI PARBAGASON NI ANAK / BORU
Parjojor ni ulaon Parbagason ni Anak dohot Boru tarsongon na di toru on ma dohot Pardalanni angka ulaon :

1. Mangarisik-risik
Masijaloan/masioloan hata anak dohot boru, naeng mamungka pardongan saripeon, jala dipasahat tu natorasna be, di sangkap ni nasidai, jala ginoar ma nasida “MAROROAN”.

2. Paranak dohot parboru marsuru utusanna be (somalna sian boru) tu huta ni parboru laho mangarangrangi ulaon adat. Utusan ni paranak dohot utusan ni parboru di goari mai DOMU-DOMU. Mangakatai ma angka dongan domu-domu on taringot tu sinamot dohot angka namardomu tu ulaon I, domu-domu ma napatolhashon hasil ni pangkataion ni nasida tu paranak dohot parboru di rumang ni siulaon namangihut.

3. Borhat ma paranak dohot rombonganna di ari naung ditontuhon tu huta ni parboru (marhusip/manang marhata sinamot) dohot sude siulaon namardomu tu parbogasan ni anak dohot boru. Dihatai ma disi :
a. Rumang ni ulaon, dialap jual (ulaon di huta ni parboru) manag ditaruhhon jual (ulaon dihuta ni paranak).
b. Godang ni sinamot.
c. Godang ni ulos herbang.

Dung adong kesepakatan pangkataion, diuduti ma dohot ulaon :
a. Martumpol
b. Matonggo raja dohot mariaraja
c. Manjou dohot manggokhon angka tutur
d. Pesta marunjuk
e. Ulaon sadari; maningkir tangga dohot paulak une.

B. PATUAHON PANGKATAION DOHOT MARHUSIP
Dijabu ni parboru dipatupa ulaon na patuahon paghataion dohot marhusip. Paranak rap dohot angka dongan tubuna dohot boruna borhat tu huta ni parboru. Parboru dohot dongan tubuna, boruna dohot dongan sahuta manjangkon haroroni paranak.

Paranak pasahathon boan-boan nasida tu parboru ima sipanganon indahan na las dohot juhut pinahan lobu lengkap dohot namargoar tudu-tudu ni sipanganon. Parboru pasahat dengke si simudur-udur tu paranak.

Tangiang laho marsipanganon sian paranak, sidung marsipanganon parboru manungkun taringot tu tudu-tudu ni sipanganon binoan ni paranak. Jala dialusi parhata sian paranak ma,
“Mauliate ma rajanami di sungkun-sungkun muna i. Ia tudu-tudu ni sipanganon nahupasahat hami tu rajai, surung-surung muna doi raja nami (parboru).”

Ndang marbagi jambar di tingki I, alai dung selesai sude pangkataion paranak mulak tu hutana, parboru mambagi tudu-tudu ni sipanganon I tu dongan tubuna, boru dohot dongan sahuta. Di tingki laho mulak paranak, parboru pasahat jual ni paranak marisi boras dohot dengke.

C. MASISISEAN
Raja parhata ni parboru manungkun sangkap haroroni paranak, jala dialusi raja parhatani paranak sungkun2 ni parboru, ima na laho patuahon angka pangkataion, ala naung masiunduhan hata/masihaholongan angka naposo (anak dohot boru).

Raja parhata ni parboru marsuru sian boru ni nasida laho patangkashon tu nanaeng si boru muli manang naung tutu alu-alu ni anak pangaririti tu natorasna, molo dung dipaboa naung tutu, jala tingkos naung masiunduhan hata nasida laho mardongan saripe jala masihaholongan, digabehon parboru ma na patuahon pangkataioni.

Noot : Raja parhata ima namanguluhon pangkataion di sada ulaon sian namamulai sahat tu namangujungi. Paidua ni hasuhuton do nagabe raja parhata.

Dung selesai na patua hata, diudutima dohot na mangarangrangi siulaon namangihut dodok ma I marhusip. Di tingki namarhusip ma dirangrangi rumang ni siulaon ima :
1. Ise namanghasuhuthon ulaon I, paranak manangparboru.
Molo parboru do namanghasuhuthon ulaon, didokmai dialap jual.
Molo paranak do namanghasuhuthon didokma I ditaruhon jual.
2. Godang ni sinamot.
3. Suhi ni ampang na opat ni parboru, todoan dohot panandaion, sileanon ni paranak doi tangkas.
4. Godang ni ulos herbang.
5. Pinggan Panganan tu parboru, suang songoni ulos tinonun sadari tu paranak, dihatai mai asa sinangkohi tanggaa ni balatuk nabe (masipatupa tu horong na be).
6. Martumpol : dituntuhon hari/tanggal, tingki, inganan.
7. Pamasu-masuon : ditontuhon hari/tanggal, tingki, inganan dohot tempat.
8. Marsibuha-buhai.
9. Godang ni undangan.
10. Olop-olop (hepeng) : Sian paranak dohot parboru.
11. Ulaon sadari : Maningkir tangga dohot paulak une.
12. Marhata si gabe-gabe : Parboru.
13. Mangampu : Paranak.

Dung rimpun sude rumang ni ulaoni dihatai, ditutup ma dohot tangiang, andorang so ditutup, dijou ma calon panganten asa rap martangiang. Dung selesai martangiang, calon penganten manjalang situan natorop.

D. MARTUMPOL
Ditingki na marhusip nunga ditontuhon ari partumpolon (arina, tingki, tempat dohot gereja ).
Di ari partumpoloni, pihak paranak dohot pihak parboru dohot sude naniontang ni na dua hasuhuton borhat tu gareja mangadopi ulaon partumpoloni.

Paranak dohot anak mangoli borhat tu huta ni parboru asa rap nasida tu gereja. Dung dapot waktu partumpolon dimulai ma acara partumpolon na niuluhon ni pandita/guru huria manang sintua.

Dung selesai acara partumpoloni, parhalado ni huria mangalehon kesempatan tu paranak dohot parboru mandok hata huhuasi :
1. Mandok mauliate tu pandita/guru huria manang sintua dohot tu sude tondong namangadopi ulaon partumpoloni.
2. Mangido asa rap udur tu jabu ni hasuhuton, laho ulaon tonggo raja manang ria raja.

Dung sidung mandok hata huhuasi, parhalado ni huria mangalehon kesempatan tu na hadir mangadopi partumpoloni, laho manjalang calon penganten berdua. Selesai marsijalangan, marpungu ma diaula Gereja naung ni tontuhon ni parboru, laho mangan lampet minum kopi.

E. MARHARA SINAMOT
Dihuta ni parboru do ulaon na marhata sinamot. Diulaon marhata sinamot nungnga marpungu disi na ni undang ni paranak dohot parboru ima; dongan tubu, boru, bere/ibebere, dongan sahuta pariban, ale-ale songoni nang hula-hula dohot tulang.

Dung renta hundul sude na niundangi, manungkun ma rajani parhata ni parboru tu raja ni paranak manang naung rade nasida, acara di mulai. Raja parhata ni paranak mangalusi, nungnga mangarade hami rajanami, nungnga boi tamulai.

F. URUTAN NI SIULAON
1. Paranak pasahat tudu-tudu ni sipanganon tu parboru, huhut dihatahon hata ni tudu-tudu ni sipanganon. Parboru pasahat dengke simudur-mudur tu paranak, huhut dihatahon.
2. Tangiang marsipanganon sian paranak.
Dung sidung martangiang marsipanganon, paranaK mangkatahon huhuasi ni sipanganon :
Sititi ma si hompa golang-golang pangarahutna
Otik so sadia sipanganon nahupatupa hami
Sai godang ma pinasuna (marjomuk ma hita).
3. Ditingki mangan, paranak pasahat sulang-sulang tu parboru, huhut dihataon :
Husulang ma rajai, manumpak ma tondina, manuai ma sahalana, tu gabena ma hami ianakkonna.
4. Suhut paranak dohot suhut parboru mandapothon sude naniontangna huhut dihatahon :
Butong hamu amang, inang.
5. Paranak dohot parboru mambagi jambar juhut i tu ganup horong ni nasida be, dung dibagi 2 (dua) tudu-tudu ni sipanganoni (asing ni ihur-ihur himpal doi tu parboru, ima ulakni tandok).

BATU GANTUNG & ASAL USUL NAMA KOTA PARAPAT

BATU GANTUNG & ASAL USUL NAMA KOTA PARAPAT



Seorang gadis yg hendak dijodohkan orangtuanya dengan anak dari saudara perempuan ayahnya padahal gadis ini udah punya kekasih, malahan mereka udah bersumpah akan kawin….Gadis ini sangat terjepit. Dia bagaikan memakan buah simalakama. Dimakan mati ayah, tak dimakan mati ibu.

Karena dia ga sanggup mengatasi kesulitan besar yg menimpa dirinya, gadis itu akhirnya putus asa. Dengan bercucuran air mata ia berjalan perlahan-lahan menuju pinggir Danau Toba yang berjurang sangat dalam. Dia bermaksud hendak melompat ke jurang yg amat dalam itu. Beberapa saat sebelum mencapai pinggir Danau Toba, tiba-tiba dia terperosok ke dalam lubang besar. Seluruh tubuhnya masuk ke dalam lubang itu. Makin lama dia makin jauh tenggelam. Di sekelilingnya hanya terdapat batu cadas hitam. Karena pikirannya nanar, si gadis melihat batu-batu itu seakan-akan sedang bergerak hendak menghimpit dirinya. Melihat keadaan itu ia pun berkata : “Parapat….Parapat batu….parapat.” (Artinya : “merapat….merapatlah batu….merapatlah.”). Kata-kata itu diucapkan terus menerus dengan harapan agar batu cadas disekelilingnya merapat sehingga tubuhnya terjepit dan jiwanya melayang. Ada dua orang petani yang mendengar sayup-sayup suara yang mengatakan : “Parapat…..Parapat batu….. parapat.” kedua petani tadi tidak dapat menolong gadis itu. Dari teriakan gadis inilah asal usul nama kota PARAPAT…….

Kesimpulan :
Cerita ini cukup bagus karena isinya memberi peringatan kepada kita bahwa tindakan yang dilakukan karena putus asa akan menimbulkan akibat yang tak baik.

Di kutip dari : CERITA RAKYAT DARI SUMATERA UTARA

BATU GANTUNG & ASAL USUL NAMA KOTA PARAPAT

BATU GANTUNG & ASAL USUL NAMA KOTA PARAPAT



Seorang gadis yg hendak dijodohkan orangtuanya dengan anak dari saudara perempuan ayahnya padahal gadis ini udah punya kekasih, malahan mereka udah bersumpah akan kawin….Gadis ini sangat terjepit. Dia bagaikan memakan buah simalakama. Dimakan mati ayah, tak dimakan mati ibu.

Karena dia ga sanggup mengatasi kesulitan besar yg menimpa dirinya, gadis itu akhirnya putus asa. Dengan bercucuran air mata ia berjalan perlahan-lahan menuju pinggir Danau Toba yang berjurang sangat dalam. Dia bermaksud hendak melompat ke jurang yg amat dalam itu. Beberapa saat sebelum mencapai pinggir Danau Toba, tiba-tiba dia terperosok ke dalam lubang besar. Seluruh tubuhnya masuk ke dalam lubang itu. Makin lama dia makin jauh tenggelam. Di sekelilingnya hanya terdapat batu cadas hitam. Karena pikirannya nanar, si gadis melihat batu-batu itu seakan-akan sedang bergerak hendak menghimpit dirinya. Melihat keadaan itu ia pun berkata : “Parapat….Parapat batu….parapat.” (Artinya : “merapat….merapatlah batu….merapatlah.”). Kata-kata itu diucapkan terus menerus dengan harapan agar batu cadas disekelilingnya merapat sehingga tubuhnya terjepit dan jiwanya melayang. Ada dua orang petani yang mendengar sayup-sayup suara yang mengatakan : “Parapat…..Parapat batu….. parapat.” kedua petani tadi tidak dapat menolong gadis itu. Dari teriakan gadis inilah asal usul nama kota PARAPAT…….

Kesimpulan :
Cerita ini cukup bagus karena isinya memberi peringatan kepada kita bahwa tindakan yang dilakukan karena putus asa akan menimbulkan akibat yang tak baik.

Di kutip dari : CERITA RAKYAT DARI SUMATERA UTARA

Sejarah Marga Batak

Sejarah Marga Batak

SILSILAH ATAU TAROMBO BATAK

SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu:
1. Guru Tatea Bulan
2. Raja Isombaon

GURU TATEA BULAN
Dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Burning, Guru Tatea Bulan memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :

* Putra (sesuai urutan):
1. Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng), tanpa keturunan
2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)
3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong).
4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)
5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)

*Putri:
1. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)
2. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isombaon
3. Si Boru Biding Laut, (Diyakini sebagai Nyi Roro Kidul)
4. Si Boru Nan Tinjo (tidak kawin).

Tatea Bulan artinya “Tertayang Bulan” = “Tertatang Bulan”. Raja Isombaon (Raja Isumbaon)

Raja Isombaon artinya raja yang disembah. Isombaon kata dasarnya somba (sembah). Semua keturunan Si Raja Batak dapat dibagi atas 2 golongan besar:
1. Golongan Tatea Bulan = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga golongan Hula-hula = Marga Lontung.

2. Golongan Isombaon = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga Golongan Boru = Marga Sumba.

Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera Si Singamangaraja, para orangtua menyebut Sisimangaraja, artinya maha raja), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan Si Raja Batak.

PENJABARAN
* RAJA UTI
Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng). Raja Uti terkenal sakti dan serba bisa. Satu kesempatan berada berbaur dengan laki-laki, pada kesempatan lain membaur dengan peremuan, orang tua atau anak-anak. Beliau memiliki ilmu yang cukup tinggi, namun secara fisik tidak sempurna. Karena itu, dalam memimpin Tanah Batak, secara kemanusiaan Beliau memandatkan atau bersepakat dengan ponakannya/Bere Sisimangaraja, namun dalam kekuatan spiritual etap berpusat pada Raja Uti.

* SARIBURAJA
Sariburaja adalah nama putra kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama Si Boru Pareme dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis, satu peremuan satunya lagi laki-laki).

Mula-mula Sariburaja kawin dengan Nai Margiring Laut, yang melahirkan putra bernama Raja Iborboron (Borbor). Tetapi kemudian Saribu Raja mengawini adiknya, Si Boru Pareme, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest.

Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu Limbong Mulana, Sagala Rraja, dan Silau Raja, maka ketiga saudara tersebut sepakat untuk mengusir Sariburaja. Akibatnya Sariburaja mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan Si Boru Pareme yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika Si Boru Pareme hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, tetapi di hutan tersebut Sariburaja kebetulan bertemu dengan dia.

Sariburaja datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi “istrinya” di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan Si Boru Pareme di dalam hutan. Si Boru Pareme melahirkan seorang putra yang diberi nama Si Raja Lontung.

Dari istrinya sang harimau, Sariburaja memperoleh seorang putra yang diberi nama Si Raja Babiat. Di kemudian hari Si Raja Babiat mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga Bayoangin.

Karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya, Sariburaja berkelana ke daerah Angkola dan seterusnya ke Barus.

SI RAJA LONTUNG
Putra pertama dari Tuan Sariburaja. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu:
* Putra:
1.. Tuan Situmorang, keturunannya bermarga Situmorang.
2. Sinaga Raja, keturunannya bermarga Sinaga.
3. Pandiangan, keturunannya bermarga Pandiangan.
4. Toga Nainggolan, keturunannya bermarga Nainggolan.
5. Simatupang, keturunannya bermarga Simatupang.
6. Aritonang, keturunannya bermarga Aritonang.
7. Siregar, keturunannya bermarga Siregar.

* Putri :
1. Si Boru Anakpandan, kawin dengan Toga Sihombing.
2. Si Boru Panggabean, kawin dengan Toga Simamora.
Karena semua putra dan putri dari Si Raja Lontung berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama Lontung Si Sia Marina, Pasia Boruna Sihombing Simamora.

Si Sia Marina = Sembilan Satu Ibu.
Dari keturunan Situmorang, lahir marga-marga cabang Lumban Pande, Lumban Nahor, Suhutnihuta, Siringoringo, Sitohang, Rumapea, Padang, Solin.

SINAGA
Dari Sinaga lahir marga-marga cabang Simanjorang, Simandalahi, Barutu.

PANDIANGAN
Lahir marga-marga cabang Samosir, Pakpahan, Gultom, Sidari, Sitinjak, Harianja.

NAINGGOLAN
Lahir marga-marga cabang Rumahombar, Parhusip, Lumban Tungkup, Lumban Siantar, Hutabalian, Lumban Raja, Pusuk, Buaton, Nahulae.

SIMATUPANG
Lahir marga-marga cabang Togatorop (Sitogatorop), Sianturi, Siburian.

ARITONANG
Lahir marga-marga cabang Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare.

SIREGAR
Llahir marga-marga cabang Silo, Dongaran, Silali, Siagian, Ritonga, Sormin.

* SI RAJA BORBOR
Putra kedua dari Tuan Sariburaja, dilahirkan oleh Nai Margiring Laut. Semua keturunannya disebut Marga Borbor.

Cucu Raja Borbor yang bernama Datu Taladibabana (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :

1. Datu Dalu (Sahangmaima).
2. Sipahutar, keturunannya bermarga Sipahutar.
3. Harahap, keturunannya bermarga Harahap.
4. Tanjung, keturunannya bermarga Tanjung.
5. Datu Pulungan, keturunannya bermarga Pulungan.
6. Simargolang, keturunannya bermarga Imargolang.

Keturunan Datu Dalu melahirkan marga-marga berikut :
1. Pasaribu, Batubara, Habeahan, Bondar, Gorat.
2. Tinendang, Tangkar.
3. Matondang.
4. Saruksuk.
5. Tarihoran.
6. Parapat.
7. Rangkuti.

Keturunan Datu Pulungan melahirkan marga-marga Lubis dan Hutasuhut.

Limbong Mulana dan marga-marga keturunannya
Limbong Mulana adalah putra ketiga dari Guru Tatea Bulan. Keturunannya bermarga Limbong yang mempunyai dua orang putra, yaitu Palu Onggang, dan Langgat Limbong. Putra dari Langgat Limbong ada tiga orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga Sihole, dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga Habeahan. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu Limbong.

SAGALA RAJA
Putra keempat dari Guru Tatea Bulan. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga Sagala.

SILAU RAJA
Silau Raja adalah putra kelima dari Guru Tatea Bulan yang mempunyai empat orang putra, yaitu:
1. Malau
2. Manik
3. Ambarita
4. Gurning

Khusus sejarah atau tarombo Ambarita Raja atau Ambarita, memiliki dua putra:
I. Ambarita Lumban Pea
II. Ambarita Lumban Pining

Lumban Pea memiliki dua anak laki-laki
1. Ompu Mangomborlan
2. Ompu Bona Nihuta
Berhubung Ompu Mangomborlan tidak memiliki anak/keturunan laki-laki, maka Ambarita paling sulung hingga kini adalah turunan Ompu Bona Nihuta, yang memiliki anak laki-laki tunggal yakni Op Suhut Ni Huta. Op Suhut Nihuta juga memiliki anak laki-laki tunggal Op Tondolnihuta.

Keturunan Op Tondol Nihuta ada empat laki-laki:
1. Op Martua Boni Raja (atau Op Mamontang Laut)
2. Op Raja Marihot
3. Op Marhajang
4. Op Rajani Umbul

Selanjutnya di bawah ini hanya dapat meneruskan tarombo dari Op Mamontang Laut (karena keterbatasan data. Op Mamontang Laut menyeberang dari Ambarita di Kabupaten Toba Samosir saat ini ke Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Hingga tahun 2008 ini, keturunan Op Mamontang laut sudah generasi kedelapan).

Op Mamontang Laut semula menikahi Boru Sinaga, dari Parapat. Setelah sekian tahun berumah tangga, mereka tidka dikaruniai keturunan, lalu kemudian menikah lagi pada boru Sitio dari Simanindo, Samosir.

Dari perkawinan kedua, lahir tiga anak laki-laki
1. Op Sohailoan menikahi Boru Sinaga bermukim di Sihaporas Aek Batu
Keturunan Op Sohailoan saat ini antara lain Op Josep (Pak Beluana di Palembang)

2. Op Jaipul menikahi Boru Sinaga bermukin di Sihaporas Bolon
Keturunan antara lain J ambarita Bekasi, dan saya sendiri (www.domu-ambarita.blogspot.com atau domuambarita@yahoo.com)

3. Op Sugara atau Op Ni Ujung Barita menikahi Boru Sirait bermukim di Motung, Kabupaten Toba Samosir.
Keturunan Op Sugara antara lain penyanyi Iran Ambarita dan Godman Ambarita

TUAN SORIMANGARAJA
Tuan Sorimangaraja adalah putra pertama dari Raja Isombaon. Dari ketiga putra Raja Isombaon, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :
1. Si Boru Anting Malela (Nai Rasaon), putri dari Guru Tatea Bulan.
2. Si Boru Biding Laut (nai ambaton), juga putri dari Guru Tatea Bulan.
c. Si Boru Sanggul Baomasan (nai suanon).

Si Boru Anting Malela melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Djulu (Ompu Raja Nabolon), gelar Nai Ambaton.

Si Boru Biding Laut melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Jae (Raja Mangarerak), gelar Nai Rasaon.

Si Boru Sanggul Haomasan melahirkan putra yang bernama Tuan Sorbadibanua, gelar Nai Suanon.
Nai Ambaton (Tuan Sorba Djulu/Ompu Raja Nabolon)

Nama (gelar) putra sulung Tuan Sorimangaraja lahir dari istri pertamanya yang bernama Nai Ambaton. Nama sebenarnya adalah Ompu Raja Nabolon, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga Nai Ambaton menurut nama ibu leluhurnya.

Nai Ambaton mempunyai empat orang putra, yaitu:
1. Simbolon Tua, keturunannya bermarga Simbolon.
2. Tamba Ttua, keturunannya bermarga Tamba.
3. Saragi Tua, keturunannya bermarga Saragi.
4. Munte Tua, keturunannya bermarga Munte (Munte, Nai Munte, atau Dalimunte).
Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung):

SIMBOLON
Lahir marga-marga Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan, Nahampun, Pinayungan. Juga marga-marga Berampu dan Pasi.

TAMBA
Lahir marga-marga Siallagan, Tomok, Sidabutar, Sijabat, Gusar, Siadari, Sidabolak, Rumahorbo, Napitu.

SARAGI
Lahir marga-marga Simalango, Saing, Simarmata, Nadeak, Sidabungke.

MUNTE
Lahir marga-marga Sitanggang, Manihuruk, Sidauruk, Turnip, Sitio, Sigalingging.

Keterangan lain mengatakan bahwa Nai Ambaton mempunyai dua orang putra, yaitu Simbolon Tua dan Sigalingging. Simbolon Tua mempunyai lima orang putra, yaitu Simbolon, Tamba, Saragi, Munte, dan Nahampun.

Walaupun keturunan Nai Ambaton sudah terdiri dari berpuluh-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antarsesama marga keturunan Nai Ambaton.

Catatan mengenai Ompu Bada, menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W Hutagalung, Ompu Bada tersebut adalah keturunan Nai Ambaton pada sundut kesepuluh.

Menurut keterangan dari salah seorang keturunan Ompu Bada (mpu bada) bermarga gajah, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut:
1. Ompu Bada ialah asal-usul dari marga-marga Tendang, Bunurea, Manik, Beringin, Gajah, dan Barasa.
2. Keenam marga tersebut dinamai Sienemkodin (enem = enam, kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan Empu Bada, pun dinamai Sienemkodin.
3. Ompu Bada bukan keturunan Nai Ambaton, juga bukan keturunan si raja batak dari Pusuk Buhit.
4. Lama sebelum Si Raja Batak bermukim di Pusuk Buhit, Ompu Bada telah ada di tanah dairi. Keturunan Ompu bada merupakan ahli-ahli yang terampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.
5. Keturunan Ompu Bada menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah dairi dan tapanuli bagian barat.

NAI RASAON (RAJA MANGARERAK)
Nama (gelar) putra kedua dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri kedua tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Rasaon. Nama sebenarnya ialah Raja Mangarerak, tetapi hingga sekarang semua keturunan Raja Mangarerak lebih sering dinamai orang Nai Rasaon.

Raja Mangarerak mempunyai dua orang putra, yaitu Raja Mardopang dan Raja Mangatur. Ada empat marga pokok dari keturunan Raja Mangarerak:

Raja Mardopang
Menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga Sitorus, Sirait, dan Butar-butar.

Raja Mangatur
Menurut nama putranya, Toga Manurung, lahir marga Manurung. Marga pane adalah marga cabang dari sitorus.

NAI SUANON (tuan sorbadibanua)
Nama (gelar) putra ketiga dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri ketiga Tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Suanon. Nama sebenarnya ialah Tuan Sorbadibanua, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai Ttuan Sorbadibanua.

Tuan Sorbadibanua, mempunyai dua orang istri dan memperoleh 8 orang putra.
Dari istri pertama (putri Sariburaja):
1. Si Bagot Ni Pohan, keturunannya bermarga Pohan.
2. Si Paet Tua.
3. Si Lahi Sabungan, keturunannya bermarga Silalahi.
4. Si Raja Oloan.
5. Si Raja Huta Lima.

Dari istri kedua (Boru Sibasopaet, putri Mojopahit) :
a. Si Raja Sumba.
b. Si Raja Sobu.
c. Toga Naipospos, keturunannya bermarga Naipospos.

Keluarga Tuan Sorbadibanua bermukim di Lobu Parserahan - Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, Tuan Sorbadibanua menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata Si Raja huta lima terkena oleh lembing Si Raja Sobu. Hal tersebut mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh Tuan Sorbadibanua. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang tiga orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki Gunung Dolok Tolong sebelah barat.

Keturunana Tuan Sorbadibanua berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.
Keturunan Si Bagot ni pohan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Tampubolon, Barimbing, Silaen.
2. Siahaan, Simanjuntak, Hutagaol, Nasution.
3. Panjaitan, Siagian, Silitonga, Sianipar, Pardosi.
4. Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Pardede.

Keturunan Si Paet Tua melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Hutahaean, Hutajulu, Aruan.
2. Sibarani, Sibuea, Sarumpaet.
3. Pangaribuan, Hutapea.

Keturunan si Lahi sabungan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Sihaloho.
2. Situngkir, Sipangkar, Sipayung.
3. Sirumasondi, Rumasingap, Depari.
4. Sidabutar.
5. Sidabariba, Solia.
6. Sidebang, Boliala.
7. Pintubatu, Sigiro.
8. Tambun (Tambunan), Doloksaribu, Sinurat, Naiborhu, Nadapdap, Pagaraji, Sunge, Baruara, Lumban Pea, Lumban Gaol.

Keturunan Si Raja Oloan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Naibaho, Ujung, Bintang, Manik, Angkat, Hutadiri, Sinamo, Capa.
2. Sihotang, Hasugian, Mataniari, Lingga.
3. Bangkara.
4. Sinambela, Dairi.
5. Sihite, Sileang.
6. Simanullang.

Keturunan Si Raja Huta Lima melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Maha.
2. Sambo.
3. Pardosi, Sembiring Meliala.

Keturunan Si Raja Sumba melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Simamora, Rambe, Purba, Manalu, Debataraja, Girsang, Tambak, Siboro.
2. Sihombing, Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit, Sitindaon, Binjori.

Keturunan Si Raja Sobu melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Sitompul.
2. Hasibuan, Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan, Simorangkir, Hutapea, Lumban Tobing, Mismis.

Keturunan Toga Naipospos melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Marbun, Lumban Batu, Banjarnahor, Lumban Gaol, Meha, Mungkur, Saraan.
2. Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang.

(Marbun marpadan dohot Sihotang, Banjar Nahor tu Manalu, Lumban Batu tu Purba, jala Lumban Gaol tu Debata Raja. Asing sian i, Toga Marbun dohot si Toga Sipaholon marpadan do tong) ima pomparan ni Naipospos, Marbun dohot Sipaholon. Termasuk do marga meha ima anak ni Ompu Toga sian Lumban Gaol Sianggasana.

***

DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)
Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga).

Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut:

“Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;
Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan”

artinya:

“Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput (berakar tunggang);
Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji”

Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah:
1. Marbun dengan Sihotang
2. Panjaitan dengan Manullang
3. Tampubolon dengan Sitompul.
4. Sitorus dengan Hutajulu - Hutahaean - Aruan.
5. Nahampun dengan Situmorang.

(Disadur dari buku “Kamus Budaya Batak Toba” karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987)

TATA CARA DAN URUTAN SISTEM PERNIKAHAN ADAT BATAK

TATA CARA DAN URUTAN SISTEM PERNIKAHAN ADAT BATAK

RUHUT-RUHUT PARADATON

A. PARJOJOR NI ANGKA ULAON DI PARBAGASON NI ANAK / BORU
Parjojor ni ulaon Parbagason ni Anak dohot Boru tarsongon na di toru on ma dohot Pardalanni angka ulaon :

1. Mangarisik-risik
Masijaloan/masioloan hata anak dohot boru, naeng mamungka pardongan saripeon, jala dipasahat tu natorasna be, di sangkap ni nasidai, jala ginoar ma nasida “MAROROAN”.

2. Paranak dohot parboru marsuru utusanna be (somalna sian boru) tu huta ni parboru laho mangarangrangi ulaon adat. Utusan ni paranak dohot utusan ni parboru di goari mai DOMU-DOMU. Mangakatai ma angka dongan domu-domu on taringot tu sinamot dohot angka namardomu tu ulaon I, domu-domu ma napatolhashon hasil ni pangkataion ni nasida tu paranak dohot parboru di rumang ni siulaon namangihut.

3. Borhat ma paranak dohot rombonganna di ari naung ditontuhon tu huta ni parboru (marhusip/manang marhata sinamot) dohot sude siulaon namardomu tu parbogasan ni anak dohot boru. Dihatai ma disi :
a. Rumang ni ulaon, dialap jual (ulaon di huta ni parboru) manag ditaruhhon jual (ulaon dihuta ni paranak).
b. Godang ni sinamot.
c. Godang ni ulos herbang.

Dung adong kesepakatan pangkataion, diuduti ma dohot ulaon :
a. Martumpol
b. Matonggo raja dohot mariaraja
c. Manjou dohot manggokhon angka tutur
d. Pesta marunjuk
e. Ulaon sadari; maningkir tangga dohot paulak une.

B. PATUAHON PANGKATAION DOHOT MARHUSIP
Dijabu ni parboru dipatupa ulaon na patuahon paghataion dohot marhusip. Paranak rap dohot angka dongan tubuna dohot boruna borhat tu huta ni parboru. Parboru dohot dongan tubuna, boruna dohot dongan sahuta manjangkon haroroni paranak.

Paranak pasahathon boan-boan nasida tu parboru ima sipanganon indahan na las dohot juhut pinahan lobu lengkap dohot namargoar tudu-tudu ni sipanganon. Parboru pasahat dengke si simudur-udur tu paranak.

Tangiang laho marsipanganon sian paranak, sidung marsipanganon parboru manungkun taringot tu tudu-tudu ni sipanganon binoan ni paranak. Jala dialusi parhata sian paranak ma,
“Mauliate ma rajanami di sungkun-sungkun muna i. Ia tudu-tudu ni sipanganon nahupasahat hami tu rajai, surung-surung muna doi raja nami (parboru).”

Ndang marbagi jambar di tingki I, alai dung selesai sude pangkataion paranak mulak tu hutana, parboru mambagi tudu-tudu ni sipanganon I tu dongan tubuna, boru dohot dongan sahuta. Di tingki laho mulak paranak, parboru pasahat jual ni paranak marisi boras dohot dengke.

C. MASISISEAN
Raja parhata ni parboru manungkun sangkap haroroni paranak, jala dialusi raja parhatani paranak sungkun2 ni parboru, ima na laho patuahon angka pangkataion, ala naung masiunduhan hata/masihaholongan angka naposo (anak dohot boru).

Raja parhata ni parboru marsuru sian boru ni nasida laho patangkashon tu nanaeng si boru muli manang naung tutu alu-alu ni anak pangaririti tu natorasna, molo dung dipaboa naung tutu, jala tingkos naung masiunduhan hata nasida laho mardongan saripe jala masihaholongan, digabehon parboru ma na patuahon pangkataioni.

Noot : Raja parhata ima namanguluhon pangkataion di sada ulaon sian namamulai sahat tu namangujungi. Paidua ni hasuhuton do nagabe raja parhata.

Dung selesai na patua hata, diudutima dohot na mangarangrangi siulaon namangihut dodok ma I marhusip. Di tingki namarhusip ma dirangrangi rumang ni siulaon ima :
1. Ise namanghasuhuthon ulaon I, paranak manangparboru.
Molo parboru do namanghasuhuthon ulaon, didokmai dialap jual.
Molo paranak do namanghasuhuthon didokma I ditaruhon jual.
2. Godang ni sinamot.
3. Suhi ni ampang na opat ni parboru, todoan dohot panandaion, sileanon ni paranak doi tangkas.
4. Godang ni ulos herbang.
5. Pinggan Panganan tu parboru, suang songoni ulos tinonun sadari tu paranak, dihatai mai asa sinangkohi tanggaa ni balatuk nabe (masipatupa tu horong na be).
6. Martumpol : dituntuhon hari/tanggal, tingki, inganan.
7. Pamasu-masuon : ditontuhon hari/tanggal, tingki, inganan dohot tempat.
8. Marsibuha-buhai.
9. Godang ni undangan.
10. Olop-olop (hepeng) : Sian paranak dohot parboru.
11. Ulaon sadari : Maningkir tangga dohot paulak une.
12. Marhata si gabe-gabe : Parboru.
13. Mangampu : Paranak.

Dung rimpun sude rumang ni ulaoni dihatai, ditutup ma dohot tangiang, andorang so ditutup, dijou ma calon panganten asa rap martangiang. Dung selesai martangiang, calon penganten manjalang situan natorop.

D. MARTUMPOL
Ditingki na marhusip nunga ditontuhon ari partumpolon (arina, tingki, tempat dohot gereja ).
Di ari partumpoloni, pihak paranak dohot pihak parboru dohot sude naniontang ni na dua hasuhuton borhat tu gareja mangadopi ulaon partumpoloni.

Paranak dohot anak mangoli borhat tu huta ni parboru asa rap nasida tu gereja. Dung dapot waktu partumpolon dimulai ma acara partumpolon na niuluhon ni pandita/guru huria manang sintua.

Dung selesai acara partumpoloni, parhalado ni huria mangalehon kesempatan tu paranak dohot parboru mandok hata huhuasi :
1. Mandok mauliate tu pandita/guru huria manang sintua dohot tu sude tondong namangadopi ulaon partumpoloni.
2. Mangido asa rap udur tu jabu ni hasuhuton, laho ulaon tonggo raja manang ria raja.

Dung sidung mandok hata huhuasi, parhalado ni huria mangalehon kesempatan tu na hadir mangadopi partumpoloni, laho manjalang calon penganten berdua. Selesai marsijalangan, marpungu ma diaula Gereja naung ni tontuhon ni parboru, laho mangan lampet minum kopi.

E. MARHARA SINAMOT
Dihuta ni parboru do ulaon na marhata sinamot. Diulaon marhata sinamot nungnga marpungu disi na ni undang ni paranak dohot parboru ima; dongan tubu, boru, bere/ibebere, dongan sahuta pariban, ale-ale songoni nang hula-hula dohot tulang.

Dung renta hundul sude na niundangi, manungkun ma rajani parhata ni parboru tu raja ni paranak manang naung rade nasida, acara di mulai. Raja parhata ni paranak mangalusi, nungnga mangarade hami rajanami, nungnga boi tamulai.

F. URUTAN NI SIULAON
1. Paranak pasahat tudu-tudu ni sipanganon tu parboru, huhut dihatahon hata ni tudu-tudu ni sipanganon. Parboru pasahat dengke simudur-mudur tu paranak, huhut dihatahon.
2. Tangiang marsipanganon sian paranak.
Dung sidung martangiang marsipanganon, paranaK mangkatahon huhuasi ni sipanganon :
Sititi ma si hompa golang-golang pangarahutna
Otik so sadia sipanganon nahupatupa hami
Sai godang ma pinasuna (marjomuk ma hita).
3. Ditingki mangan, paranak pasahat sulang-sulang tu parboru, huhut dihataon :
Husulang ma rajai, manumpak ma tondina, manuai ma sahalana, tu gabena ma hami ianakkonna.
4. Suhut paranak dohot suhut parboru mandapothon sude naniontangna huhut dihatahon :
Butong hamu amang, inang.
5. Paranak dohot parboru mambagi jambar juhut i tu ganup horong ni nasida be, dung dibagi 2 (dua) tudu-tudu ni sipanganoni (asing ni ihur-ihur himpal doi tu parboru, ima ulakni tandok).

ASAL USUL MARGA SIRAJA LOTUNG

ASAL USUL MARGA-MARGA SI RAJA LONTUNG
Published December 3, 2008 Punguan Marga / Kelompok Marga 0 Comments
Tags: bangun, barutu, buaton, dongoran, gultom, harianja, hutabalian, lumban nahor, lumban raja, lumban siantar, lumban tungkup, malau, nahulae, ompu sunggu, pakpahan, parangin-angin, parhusip, pusuk, rajagukguk, rumabolon, rumana hombar, rumasidari, sagala, samosir, si raja sonang, siagian, sianturi, sibatuara, siburian, sidari, silali/ritonga/sormin, silo, simaibang, simanjorang, simaremare, sitinjak, tao toba/danau toba, toga aritonang, toga gultom, toga laut, toga nainggolan, toga pandiangan, toga samosir, toga sibatu, toga sihombar, toga sihombing, toga simamora, toga simatupang, toga sinaga, toga siregar, toga situmorang, togatorop

http://groups.yahoo.com/group/Batak_Gaul/message/96

Si Raja Batak memiliki 3 orang anak yaitu:
1. Guru Tatea Bulan (Naimarata).
2. Si Raja Isumbaon (Nai Sumbaon).
3. Toga Laut (merantau ke Gayo/Alas – Aceh).

Guru Tatea Bulan memiliki 10 anak (5 laki-laki & 5 perempuan) yaitu:
1. Raja Uti, Raja Gumelenggeleng, Raja Biak-biak, Raja Hatorusan, Raja Nasora Mate, Raja Nasora Matua, Partompa Mubauba, Sipagantiganti Rupa.
2. Saribu Raja.
3. Siboru Pareme.
4. Siboru Biding Laut (Boru Anting Haomasan).
5. Limbong Mulana.
6. Siboru Anting Sabungan.
7. Siboru Haomasan (Bunga Haomasan).
8. Sagala Raja.
9. Malau Raja/Silau Raja.
10. Nantinjo Nabolon.

Saribu Raja dan Siboru Pareme adalah anak kembar. Tanpa sepengetahuan yang lain mereka berdua selingkuh dan Siboru Pareme akhirnya berbadan dua. Akihirnya bocorlah rahasia ini dan mereka berdua dikenakan hukuman mati. Tapi secara diam-diam Malau Raja (anak no. 9) membantu mereka berdua untuk melarikan diri ke hutan.

Setelah lama tinggal dihutan, bertemulah Siboru Pareme dengan Babiat Sitempang dan mereka kawin dengan meminta persetujuan Saribu Raja. Saribu Raja menyetujui itu dengan beberapa persyaratan tentunya. Lalu lahirlah Si Raja Lontung dengan wajah uli dan badan berbulu seperti babiat/harimau.

Dari kecil sampai dewasa, Si Raja Lontung selalu lebih pandai dari ayahnya (Babiat Sitempang) bila diajari segala macam hal. Akhirnya, marahlah ayahnya karena ayahnya selalu kalah bila bertarung dengan dia. Maka muncullah niat ayahnya untuk membunuh Si Raja Lontung. Siboru Pareme pun membujuk suaminya untuk belajar lagi ke hutan untuk memperdalam ilmunya supaya bisa mengalahkan anaknya kelak. Diam-diam Siboru Pareme membawa anaknya jauh dari ayahnya agar bisa diselamatkan dari murka ayahnya.

Akhirnya mereka berdua meninggalkan hutan dan menuju ke tepi Tao Toba untuk tinggal dan menetap disana (daerah sabulan). Setelah sekian lama tinggal disana, dibujuklah Si Raja Lontung ini untuk mencari pasangan hidup. Dia disuruh mencari paribannya untuk jadi istrinya di kampung tulangnya di Sianjur Mula-mula. Katanya: `Disana kau akan menemukan pancuran/mata air `Aek Si Pitu Dai’ dimana tempat boru ni tulangmu mandi-mandi’. Siboru Pareme memberikan beberapa petunjuk dan persyaratan ke pada anaknya Si Raja Lontung sebelum berangkat kesana. Dia memberikan cincin dan berkata kepada anaknya:’ Carilah yang mirip dengan wajahku, yang rambutnya sama denganku, dan gayanya mirip dengan gayaku. Temui dan tegurlah dan katakanlah pesan ibumu ini, lalu pasangkanlah cincin ini ke jarinya. Kalau cocok dijarinya, jangan dilepas cincin tersebut tetapi bawalah dia dan jangan mampir lagi ke kampung tulangmu.

Maka berangkatlah Si Raja Lontung menuju ke Aek Si Pitu Dai tempat dimana paribannya mandi-mandi. Tanpa sepengetahuan Si Raja Lontung, ibunya pun pergi ke Aek Si Pitu Dai dengan memakai jalan yang lain. Dengan waktu yang sudah diatur, sampailah ibunya terlebih dahulu ke Aek Si Pitu Dai tersebut dan mandi-mandi disitu. Terlihatlah oleh Si Raja Lontung ada perempuan sedang mandi-mandi disitu. Ditemui lah perempuan itu dan ditegurnya yang ternyata cocok dengan persyaratan yang diberikan ibunya. Lalu dipasangkanlah cincin yang dibawanya ke perempuan itu dan ternyata cocok juga. Lalu dibawalah perempuan itu untuk dijadikan istrinya tanpa mampir lagi ke kampung tulangnya. Jadi dibasa-basahon Tuhanta ma 9 ianakkoni Si Raja Lontung, mauliate ma di Tuhan i.

Anak-anak ni Si Raja Lontung (Lontung Si Sia Sada Ina):
1. Toga Sinaga (Bonor, Ompu Ratus, Uruk), Simanjorang, Simaibang, Barutu (Dairi), Bangun (Karo), Parangin-angin (Karo).

2. Toga Situmorang (Raja Pande/Lumban Pande, Raja Nahor/Lumban Nahor, Tuan Suhut ni Huta, Raja Ringo (Siringoringo Raja Dapotan, Siringoringo Pagarbosi, Siringoringo Siagian), Raja Rea/Sipangpang, Tuan Ongar/Rumapea, Sitohang (Uruk, Tonga-tonga, Toruan], Padang, Solin).

3. Toga Pandiangan (Ompu Humirtap/Pandiangan, Si Raja Sonang (Gultom, Samosir, Pakpahan, dan Sitinjak), Harianja, dan Sidari).
Toga Samosir: Rumabolon, Rumasidari (Ompu Raja Minar, Ompu Raja Podu, dan Ompu Raja Horis/Harianja).

Toga Gultom ada 4 bagian:
a. Gultom Huta Toruan: Guru Sinaingan.
b. Gultom Huta Pea: Somorong, Si Palang Namora, dan Si Punjung. Si Palang Namora: Tumonggopulo, Namoralontung, Namorasende (Ompu Jait Oloan) dan Raja Urung Pardosi/Datuk Tambun (Namora So Suharon, Baginda Raja, Saribu Raja Namora Soaloon, Babiat Gelamun), Pati Sabungan].
c. Gultom Huta Bagot.
d. Gultom Huta Balian.

4. Toga Nainggolan:
a. Toga Sibatu (Sibatuara, Parhusip)
b. Toga Sihombar (Rumana hombar, Lbn. Nahor, Lbn. Tungkup, Lbn. Raja, Lbn. Siantar, Hutabalian, Pusuk, Buaton, Nahulae).
5. Toga Simatupang (Togatorop, Sianturi, Siburian).
6. Toga Siregar (Silo, Dongoran, Silali/Ritonga/Sormin, Siagian).
7. Toga Aritonang (Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare).
8. Siboru Amak Pandan, muli tu Toga Sihombing.
9. Siboru Panggabean, muli tu Toga Simamora.

BUDAYA BATAK

Ulos Batak

Secara harafiah, ulos berarti selimut, pemberi kehangatan badaniah dari terpaan udara dingin. Menurut pemikiran leluhur Batak, ada 3 (tiga) sumber kehangatan : (1) matahari, (2) api, dan (3) ulos.



Dari ketiga sumber kehangatan tersebut, ulos dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari-hari. Matahari sebagai sumber utama kehangatan tidak kita peroleh malam hari, dan api dapat menjadi bencana jika lalai menggunakannya.



Dalam pengertian adat Batak “mangulosi” (memberikan ulos) melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima ulos. Biasanya pemberi ulos adalah orangtua kepada anak-anaknya, hula-hula kepada boru.



Ulos terdiri dari berbagai jenis dan motif yang masing-masing memiliki makna tersendiri, kapan digunakan, disampaikan kepada siapa, dalam upacara adat yang bagaimana.



Dalam perkembangannya, ulos juga diberikan kepada orang “non Batak” bisa diartikan penghormatan dan kasih sayang kepada penerima ulos. Misalnya pemberian ulos kepada Presiden atau Pejabat diiringi ucapan semoga dalam menjalankan tugas-tugas ia selalu dalam kehangatan dan penuh kasih sayang kepada rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya.



Ulos juga digunakan sebagai busana, misalnya untuk busana pengantin yang menggambarkan kekerabatan Dalihan Natolu, terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (sarung).





HORAS!



Horas merupakan salam khas orang Batak yang berarti selamat, salam sejahtera, yang kerap diucapkan dalam kehidupan sehari-hari bila 2 orang atau lebih bertemu.



Padanan kata „Horas“ adalah „Mejuah-juah“ (Batak Karo), „Njuah-juah“ (Batak Pakpak), „Yaahowu“ dari daerah Nias. Sedangkan „Ahoiii!“ adalah salam khas daerah pesisir Melayu di Sumatera Utara.



Horas bisa juga berarti selamat jalan/datang, selamat pagi/siang/malam dan lain lain yang maknanya baik. Karena populernya kata horas, orang-orang non Batak juga sering mengucapkan kata tersebut jika bertemu dengan orang Batak. Yang pasti, horas adalah do’a dan harapan bagi si pengucap dan pendengar kata itu.



Dalihan Na Tolu

Sistem kekerabatan orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan hingga meninggal dalam 3 posisi yang disebut DALIHAN NA TOLU (bahasa Toba) atau TOLU SAHUNDULAN (bahasa Simalungun).



Dalihan dapat diterjemahkan sebagai “tungku” dan “sahundulan” sebagai “posisi duduk”. Keduanya mengandung arti yang sama, 3 POSISI PENTING dalam kekerabatan orang Batak, yaitu:

1. HULA HULA atau TONDONG, yaitu kelompok orang orang yang posisinya “di atas”, yaitu keluarga marga pihak istri sehingga disebut SOMBA SOMBA MARHULA HULA yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan.

2. DONGAN TUBU atau SANINA, yaitu kelompok orang-orang yang posisinya “sejajar”, yaitu: teman/saudara semarga sehingga disebut MANAT MARDONGAN TUBU, artinya menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan.

3. BORU, yaitu kelompok orang orang yang posisinya “di bawah”, yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari disebut ELEK MARBORU artinya agar selalu saling mengasihi supaya mendapat berkat.



Dalihan Na Tolu bukanlah kasta karena setiap orang Batak memiliki ketiga posisi tersebut: ada saatnya menjadi Hula hula/Tondong, ada saatnya menempati posisi Dongan Tubu/Sanina dan ada saatnya menjadi BORU.

Dengan dalihan Na Tolu, adat Batak tidak memandang posisi seseorang berdasarkan pangkat, harta atau status seseorang.

Ditulis dalam Riwayat Suku Batak | Tag: dalihan



Marga dan Tarombo

MARGA (clan) atau juga disebut family name adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah yang dalam istilah sosiologi disebut garis keturunan patrilineal. Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki laki.



Seorang ayah akan merasa hidupnya menjadi lengkap dan sempurna manakala ia telah memiliki anak laki-laki yang akan meneruskan generasi marganya. Sesama satu marga dilarang saling mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan Na Tolu disebut Dongan Tubu.



Menurut buku “Leluhur Marga-Marga Batak”, jumlah seluruh Marga Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.



TAROMBO adalah riwayat (tarikh) atau sering disebut dengan istilah silsilah tentangt asal-usul menurut garis keturunan ayah. Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga, bukan itu saja, bahkan dengan tarombo, seseorang dapat mengkaji jarak umur antara dirinya dengan leluhurnya sendiri.



Setiap kali orang Batak berkenalan di mana saja, biasanya mereka saling tanya Marga dan Tarombo. Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah mereka saling “mardongan sabutuha” (semarga) dengan panggilan “ampara” atau “marhula-hula” dengan panggilan “lae/tulang”.



Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakah ia harus memanggil “Namboru” (adik perempuan ayah/bibi), “Amangboru/Makela”,(suami dari adik ayah/Om), “Bapatua/Amanganggi/Amanguda” (abang/adik ayah), “Ito/boto” (kakak/adik), PARIBAN atau BORU TULANG (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan istri, dan seterusnya.

Ditulis dalam Riwayat Suku Batak | Tag: clan

SOSOK SOEHARTO DALAM PERJALANAN INDONESIA

Sosok Suharto dalam lintasan Sejarah Indonesia

Posted by Bustamam Ismail on December 16, 2008

soehartoJendral Besar H.M. Suharto meninggal dunia pada pukul 13.10 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta. Tidak lama setelah kematiannya, pemerintah mengumumkan seruan pengibaran bendera setengah tiang untuk semua kantor/instansi pemerintah, perwakilan RI di luar negeri, kantor swasta dan masyarakat luas selama tujuh hari berturut-turut. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hadir dan bertindak sebagai inspektur upacara prosesi pemakaman Suharto di makam keluarga Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah. Belum lagi okestrasi media massa cetak dan elektronik yang berusaha keras menampilkan citra Suharto sebagai negarawan dan pahlawan bagi negara dan bangsa.

Sesungguhnya ini bukan langkah yang bijak. Dengan memperhatikan kontroversi sekitar diri Suharto, seharusnya kita bisa belajar dari dari pemerintahan Chile dibawah Michelle Bachelet (mantan oposisi dan presiden Chile) setelah kematian Jendral Augusto Pinochet, yang setidaknya memiliki riwayat hampir mirip Suharto. Setelah rapat kabinet singkat, seperti disampaikan dengan nada parau oleh juru bicara presiden, pemerintah Chile mengumumkan bahwa tidak ada pemakaman kenegaraan oleh pemerintah, tetapi Pinochet tetap mendapat penghormatan kemiliteran. Presiden juga mengumumkan pengibaran bendera setengah tiang hanya di instalasi-instalasi militer, tetapi tidak mengumumkan periode berkabung nasional. Sayangnya kita bukan Chile dan SBY adalah seorang Jawa yang punya kesantunan dan ketaatan khas masyarakat Jawa yang tidak dapat dibandingkan dengan Michelle Bachelet dengan latar belakang budaya hispanik yang kosmopolitan. Jadinya saat ini kita bisa meninggalkan gambaran yang mungkin menyesatkan di masa depan.

Seorang pelancong asing yang rajin mencatat—dan pada saat-saat seperti ini berada di Indonesia—barangkali akan menulis dalam catatan hariannya tentang sebuah bangsa yang tengah menangisi kepergian seorang yang telah membentuk dan mengarahkan perjalanan hidup mereka. Mungkin ia akan melukiskan bagaimana jutaan wong-cilik di negeri ini yang menangisi sosok yang telah memberi kemakmuran dalam tiga dekade kekuasaan Suharto. Mungkin juga ia akan menggambarkan orang-orang yang pingsan karena kepanasan saat berbaris menyambut pemakaman Suharto di Jawa Tengah. Dan paling mungkin ia mengutip ode yang diberikan kepada Suharto dan mengiringinya dengan lagu Gugur Bunga seperti ditayangkan berulang-ulang dalam layar kaca. Atau—kalau dia cukup rajin membaca koran—tentang gelombang pembesar yang bersedih dalam layatan mereka di kediaman Suharto.

Pandangan dari atas kapal seperti ini jelas tidak kita inginkan. Harapan kita adalah generasi masa depan Indonesia memiliki ketajaman dalam menilai sejarah yang saat ini kita alami. Tulisan ini dimaksud memberikan sebuah ruang penafsiran lain terhadap amnesia sejarah yang sekarang mengalun di negeri kita. Meskipun diawali oleh sejauh mana sensibilitas ‘lain’ tentang Suharto muncul dalam kehidupan kita sekarang, tetapi tawarannya lebih pada tantangan apakah kita semua bisa membuat sejarah baru bagi masyarakat kita. Wafatnya Suharto menggenapi akhir sebuah era yang selama beberapa dekade telah meninggalkan jejaknya dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat kita sekarang ini.

Sensibilitas

Dibalik karpet kemegahan dan lantunan magis ayat-ayat suci yang mengiringi kematian Suharto, ada suara-suara yang berbeda. Suara-suara itu mewakili sebuah ingatan kolektif tentang tiga dekade yang telah lewat dibawah kekuasaan Suharto dan para kroninya. Dari generasi yang tumbuh besar dalam perang internal di ujung paling barat Indonesia, sosok Suharto telah berkait dengan warna merah darah manusia. Kenangan tentang Suharto adalah kenangan tentang pembunuhan dan penghancuran manusia. Sosoknya juga digambarkan sebagai pribadi yang licik dan gila hormat.

Beruntunglah Suharto memiliki pemakaman keluarga di Jawa Tengah. Bisa kita bayangkan bagaimana jadinya bila keluarga Suharto memakamkan ayah mereka di wilayah Pidie—ini mungkin saja bagi seorang negarawan yang mencintai keutuhan nasional Indonesia—yang pernah menjadi pusat perlawanan Gerakan Aceh Merdeka. Jadi memang tidak salah keluarga Suharto memilih Jawa Tengah, sebagai bekas pusat peradaban kekuasaan Jawa, sebagai tempat pemakaman keluarga. Mereka nampaknya paham atas kebiasaan kebanyakan orang Jawa yang akan bilang, ‘yo wis, orangnya udah meninggal kok masih diomongin terus.’

Di wilayah metropolitan Jakarta—yang juga menjadi ibukota pergerakan modal nasional Indonesia—tempat modal uang nasional dan internasional bergerak dengan cepat—gerundelan kebencian mengarah pada diri Suharto dan keluarganya yang dianggap sebagai lingkaran kleptokratik nomor wahid di negeri ini. Suharto telah mengatasnamakan kepentingan negara yang tidak lain dari kepentingan keluarga. Dan dari sisi pribadi, sifat keji dan kejam nampaknya begitu melekat. Ia dianggap layak untuk disandingkan dengan kegilaan Nero yang membakar Roma. Senyumannya yang khas—sehingga pernah dinobatkan dengan kata-kata The Smilling General—adalah kepalsuan. Imaji santun itu malah memberikan sebuah gambaran kekuatan naluri membunuh tanpa pernah ada penyesalan. Menakutkan memang!

Orang juga menyesalkan bahwa dia pernah punya kuasa yang besar, tapi tak digunakannya untuk kebaikan—sudah barang tentu konsepsi kebaikan ini berbeda dengan konsepsi para pendukungnya. Ringkasnya, tidak ada sisi yang tidak layak untuk dibenci terhadap diri Suharto dari segala sudut pandang ini.

Kita Yang Mendongkol

Kebencian bisa juga bersanding dengan kedongkolan. Generasi yang tumbuh besar dalam dekade 1980-an dan 1990-an nampaknya layak untuk mendongkol terhadap sosok penguasa yang memberikan mereka ‘kemakmuran’ ekonomi dalam era tersebut. Kedongkolan itu sederhana saja. Ia berwujud dalam penyesalan atas ‘amnesia sejarah’ yang menjadi penyakit kronis generasi tersebut. Dan ini bukan sikap yang salah. Buku-buku dan pengajaran sejarah di Indonesia, museum dan film yang menjadi pintu gerbang memahami masa lalu, telah menjadi alat efektif dalam pembodohan massal generasi muda Indonesia. Generasi seperti ini memang patut merasa dongkol apabila mereka kemudian tahu bahwa apa yang pernah mereka percaya dan yakini sebelumnya tidak lain sebuah kebohongan besar.

Dalam benak mereka yang lebih uzur dan mengenal sedikit tentang sejarah negeri ini, kemarahan yang lahir disebabkan oleh hilangnya sebuah harapan tentang bentuk masyarakat seperti dijanjikan dalam kata-kata megah konstitusi Indonesia, masyarakat adil dan makmur. Orang, dan institusi-institusi donor internasional seperti Bank Dunia dan IMF boleh-boleh saja mengatakan terdapat kemajuan ekonomi selama tiga dekade dibawah kepemimpinan Suharto. Mereka mengatakan pada dekade 1980an dan awal 1990an, Indonesia adalah macan yang tumbuh besar di kawasan Asia Tenggara. Lebih baik dibanding Vietnam, Laos, dan Kamboja misalnya.

Tapi kata ‘lebih baik’ ini memang kehilangan makna bila yang tercipta adalah kesenjangan. Apabila kita perhatikan foto udara kawasan segitiga emas Sudirman—yang menjadi lambang pertumbuhan ekonomi Indonesia—kita masih bisa menyaksikan titik-titik pemukiman kumuh tempat tinggal mereka yang mengais-ngais remah kemajuan ekonomi Indonesia. Di wilayah paling timur Indonesia—Papua Barat—penduduk setempat menjadi penonton dari asap mesin yang merubah tanah mereka menjadi emas, tembaga dan batubara. Sementara pada saat yang sama rata-ratang tingkat harapan hidup mereka masih jauh tertinggal dari kebanyakan orang Indonesia. Di pinggiran kota Jakarta, mungkin tidak lebih dari seratus kilometer dari pusat kota, anak-anak belia Indonesia berdesak-desakan dalam sekolah yang atapnya bocor apabila hujan, dan siap-siap berlibur apabila banjir kiriman datang. Jadi kita boleh mendongkol atas dekade keserakahan yang mengiringi riwayat kekuasaan rejim Suharto menggantikan harapan kesejahteraan bagi setiap warga negara Indonesia.

Membuat Sejarah

Lalu langkah seperti apa yang mungkin dilakukan pasca-Suharto. Menuntut keadilan individual terhadap diri Suharto jelas sudah tak mungkin. Yang tersisa sekarang adalah para kroni yang berlindung dibalik semrawutnya tatanan keadilan kita.

Apabila kita berharap pada para pembesar dan elite politik di negeri ini, gambarannya cukup sulit. Peristiwa-peristiwa belakangan menunjukkan kegamangan elite penguasa dan pemerintahan kita menutup buku masa lalu dan membuka tirai sejarah masa depan. Kebijakan tergesa-gesa memberikan segala penghormatan terhadap Suharto dengan meminta masyarakat mengibarkan bendera setengah tiang adalah bukti ketidakmampuan pejabat negara menanggapi sebuah periode transisi pasca-Suharto.

Sayangnya juga, parade teater elite politik Indonesia memberikan gambaran bahwa kita penuh sesak dengan pemimpin-pemimpin yang tidak memiliki kepercayaan diri kuat untuk memulai sesuatu yang baru. Tidak ada harapan bahwa mereka memiliki komitmen dan pengetahuan yang dapat mencipta sejarah baru bagi negeri ini.

Dengan demikian, kekuatan pengetuk terbaik nampaknya terletak pada generasi yang sadar atas pembohongan sejarah yang telah terjadi, dan merasa marah atas pembohongan itu. Kemarahan mereka adalah sumber enerji besar dalam membuka era baru dan tugas kita semua mempersiapkan mereka. Mereka adalah mahluk sejarah, mereka bebas mendobrak sejarah dan mereka akan membuat sejarah. Tabik.

SEJARAH HKBP

Sejarah HKBP

HKBP sebagai salah satu gereja dengan jemaat terbesar di Asia dan merupakan wadah persekutuan umat Kristen dari suku Batak yang memiliki dinamika di dalam sejarah perkembangannya dari masa ke masa. Dengan berakhirnya krisis HKBP dan penyatuan kembali jemaatnya kiranya dapat menjadi pemacu untuk pelaksanaan pelayanan dan pekabaran Injil bersama-sama dengan jemaat Tuhan lainnya, agar semua suku, kaum dan bangsa yang berada di wilayah Indonesia dan di seluruh dunia mendapat baptisan di dalam nama
Allah Bapa, PuteraNya Yesus Kristus dan Roh Kudus.Kronologi
1825 - 1829 Perang Bonjol : Tuanku Rau menyerang bangsa Batak1834 Datangnya Pdt. Munson dan Pdt. Lyman utusan Kongsi Zending Amerika (Boston), tetapi mereka berdua tewas terbunuh di Lobupining.

1840 Junghun, seorang antropolog datang ke tanah Batak. Melalui kedatanagannya orang Eropa dapat mengenal orang Batak.

1824 Penginjil yang pertama datang ke tanah Batak, yakni Burton dan Ward

1849 Tuan Van der Tuuk dari Amsterdam - Belanda, utusan Kongsi Bible Netherland yang merupakan pembuka (perintis) jalan untuk pelayanan zending kepada suku Batak. Beliau menterjemahkan sebagian isi Alkitab ke dalam Bahasa Batak, menulis tata Bahasa Batak dan membuat kamus Bahasa Batak - Belanda beserta cerita-cerita rakyat.

1853 Akibat perlakuan yang tidak simpatik dari suku Banjarmasin terhadap pendeta, maka Dr. Fabri pimpinan dari Rheinische Zending - Belanda memutasikan para pendeta dari Banjarmasin ke Tanah Batak, setelah membaca surat yang datang dari Tanah Batak tentang pekabaran Injil yang baru dirintis di Tanah Batak.

1857 Pdt. Van Asselt dari Ermelo-Belanda, utusan Ds. Witteveen, melakukan pelayanan di Tapanuli di Desa Pardangsina (Selatan)

31 Maret 1861 Sebagai tanda diterimanya pekabaran Injil di Tanah Batak dimulai dengan adanya baptis perdana yang dilakukan oleh Pdt. Van Asselt terhadap dua orang suku Batak (Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar) di Sipirok.

7 Oktober 1861 Pelayanan Rheinische Mission dari Jerman dimulai di Tanah Batak dan merupakan hari lahirnya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), ditandai dengan berundingnya empat orang Missionaris, Pdt. Heine, Pdt. J.C. Klammer, Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt membicarakan pembagian wilayah pelayanan di Tapanuli.

1862
Berdirinya Jemaat di Sarulla dan Pangalaon Pahae

20 Mei 1864 Pdt. I. L. Nommensen membangun gedung di dusun Dame I yang terletak di Desa Saitnihuta Ompu Sumurung, kemudian dinamakannya Godung Huta Dame.

29 Mei 1864 Pdt. I. L. Nommensen mengadakan kebaktian minggu pertama di Godung Huta Dame, dan meresmikan gereja pertama yang dibangunnya di Tanah Batak, yaitu HKBP Saitnihuta (Huta Dame Saitnihuta) dan HKBP Pearaja (Kedua gereja ini satu kepanitiaan dalam merayakan Pesta Jubileum. Pada tanggal 20 Mei 1964, HKBP Pearaja merayakan Pesta Jubileum ke 100 tahun, tetapi untuk selanjutnya, tanggal 29 Mei merupakan tanggal resmi Pesta Jubileum yang akan dilakukan oleh kedua gereja ini).

25 Desember 1864 Pembaptisan Pertama kepada 3 orang di Gereja Sipirok, yaitu Thomas Siregar, Pilipus Harahap dan Johannes Hutabarat.

27 Agustus 1865 Pembaptisan Pertama kepada 13 orang di Silindung

1867 Berdiri jemaat HKBP Pansurnapitu

1868 Berdiri Sekolah Guru di Parau Sorat Sipirok: Murid pertama berjumlah 5 orang, yaitu: Thomas, Paulus, Markus, Johannes dan Epraim. Guru mereka adalah Dr. A.Schreiber dan Leipold

1870 Permulaan berdirinya Jemaat di Sibolga dan Sipoholon

1872
- Berdiri Sekolah Normal Pemerintah di Tapanuli Selatan
- Berdiri Jemaat di Bahal Batu

1877 Berdiri Seminarium di Pansurnapitu, jumlah murid pertama 12 orang

1878
- Pdt. I. L. Nommensen menerjemahkan Injil ke Bahasa Batak dalam aksara Batak dan aksara Latin.
- 306 Desa di Lembah Silindung masuk dalam pemerintahan Kolonial Belanda

1879 Pdt. Dr. A. Schreiber menterjemahkan Perjanjian Baru kedalam bahasa Batak Angkola

1881
- Diresmikan HKBP di Balige.
- Penyusunan Aturan Dasar dan Aturan Rumah Tangga HKBP, dan Pdt. Dr. I. L. Nommensen diangkat menjadi Ephorus HKBP

1883 Sekolah Pendeta Pertama dibuka dan 4 orang putera Batak pertama untuk Sekolah Pendeta, yaitu : Johannes Siregar, Markus Siregar, Petrus Nasution dan Johannes Sitompul. Tetapi, Johannes Sitompul wafat sebelum menyelesaikan studinya.

19 Juli 1885 Pemberkatan Pendeta Batak yang pertama di HKBP Pearaja, yakni : Johannes Siregar, Markus Siregar, Petrus Nasution.

13 Juli 1889 Diutus RMG Nona Hester Needham (23 Januari 1885 - 12 Mei 1897) melayani kaum ibu dan wanita. Ini menjadi awal pelayanan kepada kaum wanita dan anak-anak di Tanah Batak. Pelayanan Nona Hester Needham dibantu oleh Nona Thora di Silindung dan Nona Nieman di Toba.

1 Januari 1890 Terbit Surat Parsaoran Immanuel (Jurnal Gereja)

8 Januari 1890 Dimulai Nona Hester Needham melayani anak-anak, kaum perempuan di Pansurnapitu, serta turut membimbing murid-murid Sekolah Pendeta di Seminari Pansurnapitu.

1893 Sekolah Zending mendapat subsidi dari Pemerintah

1894 Perjanjian Lama di terjemahkan ke dalam Bahasa Batak oleh Pdt. P.H. Johannsen

16 Juli 1895 Nona Hester Needham ditemani seorang gadis Mandailing, Domi, mengadakan perjalanan ke Muarasipongi Kotanopan.

3 Mei - 26 Juli 1896 Nona Hester Needham melayani di Malintang, menginjili di tengah-tengah penganut agama lain di Mandailing Nametmet. Juli, Nona Hester Needham melayani di Maga hingga akhir hayatnya, serta di makamkan di tanah yang telah dibelinya sebelumnya.

1898 Terbit untuk pertama kalinya Kalender Gereja

1899 Dimulai “Pardonaion Mission Batak” yang didirikan orang Kristen Batak serta dipimpin Pdt. Henock Lumbantobing menginjili di daerah yang belum disentuh Injil, yakni: Pulo Samosir, Simalungun dan Dairi.

1900 Berdiri Sekolah Anak Raja dengan pengantar Bahasa Belanda di narumonda Toba. Guru Pohing dan Pdt. Otto Marcks. Sekaligus berdiri di tempat yang sama Sekolah Tukang.

2 Juni 1900 Berdirinya Rumah Sakit di Pearaja, yang di tahun 1928 pindah ke Tarutung (RSU Tarutung Sekarang)

5 September 1900 Berdiri Perkampungan penderita Kusta di Huta Salem Laguboti.

1901 Seminari Pansurnapitu pindah ke Sipoholon

1903
- Pemberitaan Injil ke Tanah Simalungun dimulai.
- Sekolah anak Raja di Narumonda menjadi Seminarium
- 7 Oktober Pesta Peringatan Kekristenan yang pertama di Tanah Batak.

1907 Berdiri Jemaat di Pematangsiantar

27 April 1908 Hari lahirnya Jemaat di Sidikalang.

1911 Berdiri Distrik di HKBP, yakni : Tapanuli Selatan (dh. Angkola), Silindung, Humbang, Toba (termasuk Samosir), Sumatera Timur (Simalungun - Ooskust).

1912 Pendeta HKBP Pertama di tempatkan di Medan

1917 “Hatopan Christen Batak” berdiri di Tapanuli sebagai organinasi masyarakat.

23 Mei 1918 Pdt. Dr. I.L. Nommensen meninggal dunia di Sigumpar

1918 Pdt. V. Kessel menjadi Pejabat Ephorus hingga tahun 1920

1919 Holland Inland School (HIS) Zending berdiri di Narumonda

1920 Pdt. Dr. J. Warneck dipilih menjadi Ephorus HKBP.

1922
- Pendeta HKBP pertama di tempatkan di Jakarata
- Guru Jemaat HKBP pertama di tempatkan di Padang
- 20 Juni: Sinode Agung (Sinode Godang) I di HKBP

3 Desember 1923 Dimulai pelayanan diakonia di Hepata

1927
- Berdiri MULO Kristen di Tarutung
- Pelayanan kepada kaum Muda yang dipimpin Dr. E. Verwiebe. Pada Juni 1952 dalam rapat Pemuda di Sipoholon ditetapkan menjadi NHKBP, dan menjadi awal minggu kebangkitan NHKBP (Parheheon)

1930 Berlaku Aturan Gereja (AD dan ART) yang baru.

11 Juni 1931 HKBP diakui pemerintah dengan Badan Hukum (Rechtperson) No. 48, yang tertulis di Staatsblad Tahun 1932 No. 360

1932 Pdt. P. Landgrebe dipilih menjadi Ephorus.

1934
-Berdiri Sekolah Tinggi Teologia di Jakarta, utusan HKBP yang pertama adalah : T.S. Sihombing, K. Sitompul, O. Sihotang dan P.T. Sarumpaet.
- Pendeta HKBP pertama di tempatkan di Kutacane, Tanah Alas.
-Berdiri Sekolah Bibelvrouw (Penginjil Wanita) di Narumonda yang dipimpin Zuster Elfrieda Harder. Tahun 1938 Sekolah ini pindah ke Laguboti.

1935 Pentahbisan Bibelvrouw yang pertama

1936 Pdt. Dr. E. Verweibe dipilih menjadi Ephorus.

1940
- 10 Mei semua Pendeta Jerman yang melayani di HKBP dipenjarakan Pemerintah Belanda
- Bulan Mei s/d Juli Ds. de Kleine menjadi Pejabat Ephorus.
- 10-11 Juli : Sinode Godang, Pdt. K. Sirait dipilih menjadi Voorzitter (Ephorus ) yang pertama dari Pendeta Batak.

1942
- Pdt. Justin Sihombing dipilih menjadi Ephorus.
- Tanggal 25 Nopember berdiri Distrik Samosir
- Distrik Jawa Kalimantan berdiri

1945 Kemerdekaan Republik Indonesia

1946
- 2 Februari : Berdiri Distrik Dairi.
- Sekolah Guru Huria (SGH) dibuka kembali di Seminarium Sipoholon

1947 Berdiri kembali Sekolah Pendeta di Seminarium Sipoholon

1950
- 4 Nopember : Berdiri Sekolah Teologia Menengah di Sipoholon
- Pdt. Justin Sihombing dipilih kembali menjadi Ephorus HKBP dan Ds. K. Sitompul menjadi Sekretaris Jenderal melalui Sinode Godang.

1951
- Universitas Bonn menganugerahkan gelar “Doktor Honoris Causa” kepada Pdt. J. Sihombing.
- 29 Nopember : Beridiri Distrik Sibolga dan Medan Aceh.
- Ditetapkan Sinode Godang Konfesi HKBP
- Berdiri Percetakan HKBP di Pematangsiantar

1952
- Berdiri SMA dan SGA di Tarutung
- HKBP menjadi Anggota LWF (Lutheran World Federation)

1954
- Pdt. B. Marpaung diutus Zending Batak menginjili di Pulau Mentawai
- 7 Oktober : Peresmian Universitas Nommensen di Pematangsiantar, sekaligus perpindahan Pendidiakan Teologia dari Seminarium Sipoholon ke Pematangsiantar.
- Nopember : Berdiri Distrik Toba Hasundutan.
- 15 Desember Penyerahan Rumash Sakit HKBP dari Pemerintah ke HKBP.

1955
- 13 Februari : Berdiri Panti Asuhan Elim di Pematangsiantar
- 25 Agustus : Berdiri Sekolah Puteri di Sipoholon

1957 17 Maret : Kirchentag (Kebatian Raya) di Pematangsiantar

1959 Pdt. Justin Sihombing dipilih menjadi kembali Ephorus HKBP dan Ds. T.S. Sihombing menjadi Sekretaris Jenderal. .

1961
- Berdiri Sekolah Tekhnik di Pematangiantar
- 7 Oktober : Jubileum 100 tahun HKBP di Tarutung

1962
- 3-7 Oktober : Sinode Godang Istimewa di Seminarium Sipoholon
- Ds. T.S. Sihombing dipilih menjadi Ephorus dan Ds. G.H.M. Siahaan menjadi Sekretaris Jenderal.
- Ditetapkan Aturan Peraturan (Ad & ART) yang baru.

1963
- Konferensi Kerja HKBP yang pertama.
- 1 September : HKBP Melepaskan HKBP Simalungun menjadi Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS).
- Awal dari Penginjilan di Sakai Kandis Riau.
- Kursus kaum Ibu yang pertama di Sipoholon.

1965
- 7 Februari : Peresmian Asrama Diakones HKBP “Kapernaum” di Rumah Sakit HKBP Balige.
- 9 April : Asrama Bibelvrouw di Sinaksak Pematangsiantar dimulai pemakaiannya, dan diresmikan tanggal 9 Juli 1967.

1966 6 Februari : Peresmian Youth Center “Jetun Silangit”

1967 2 April : Peresmian Asrama Pniel di Rumah Sakit HKBP Balige

1968 19 Februari : Peresmian Gedung-gedung di FKIP Universitas HKBP Nommensen di Pematangsiantar.

1971
- 17 Mei : Pendidikan Diakones dibuka di Balige.
- 17 Mei : Pembaptisan pertama kepada orang Rupat (daerah Penginjilan) sebanyak 136 orang yang dilayankan oleh Pdt. A.B. Siahaan, dkk.
- 11 Desember : Peresmian Asrama Bethel dan Betania di Rumah Sakit HKBP Balige.

1972
- 28 Mei : Peresmian Perkampungan Pendeta Pensiun dan Kantor Departemen Diakonia Sosial di Pematangsiantar.
- Ditetapkan Aturan Peraturan (ADT & ART) yang baru
- 30 Desember: Berdiri Distrik Tanah Alas

1974
- Universitas Wittenberg menganugerahkan gelar “Doktor Hanoris Causa” keda Pdt. T.S. Sihombing.
- 31 Juli : Berdiri Distrik Asahan Labuhan Batu
- Pdt. G.H.M. Siahaan dipilih menjadi Ephorus HKBP dan Pdt. Dr. F.H. Sianipar menjadi Sekretaris Jenderal.
- 2-3 Nopember : Jubileum 75 tahun Zending HKBP.

1976
- 27 Januari: Peresmian Pendidikan Diakones HKBP di Balige
- 2 Agustus: HKBP memandirikan HKBP Angkola.

1978
- 23-27 Januari: Sinode Godang Istimewa di Simanare Sipoholon
- Fakultas Theologia Universitas HKBP diputuskan menjadi Sekolah Tinggi Teologia (STT) HKBP.
- Pdt. P.M. Sihombing, MTh terpilih menjadi Sekretaris Jenderal HKBP

1979 24 Juni: Peresmian Distrik Simarkata Pakpak

1980
- 11 Juni: Kursus Ketrampilan Pria berdiri di Parparean Porsea
- 11 Agustus: Kursus Ketrampilan Wanita berdiri di Doloksanggul

1983
- 24 Februari: Persemian Distrik Tebing Tinggi Deli
- 28 Agustus: Penahbisan Diakones Pertama di HKBP Balige

1985 Februari: Peresmian Distrik Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel)

1986
- 27 Januari: Peresmian Auditorium HKBP di Seminarium Sipoholon
- 27 Juli: Penahbisan Pertama Pendeta Wanita di HKBP, Pdt. Norce P Lumbantoruan, STh
- 14 Agustus: Peresmian Kantor Induk HKBP di Pearaja Tarutung

1987
- 27-31 Juni: Sinode Godang ke 48
- Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, LLD. dipilih menjadi Ephorus HKBP dan Pdt. O.P.T. Simorangkir, SmTh. menjadi Sekretaris Jenderal.

1988
- 23 Mei: Berdiri Distrik Humbang Habinsaran
- 10-15 Nopember: Sinode Godang Ke 49 menetapkan Garis-garis Besar Kebijaksanaan Pembinaan dan Pengembangan (GBKPP) HKBP

1990
- 20 - 9 Juli: Perkemahan Kerja Pemuda HKBP di Sipirok
- 10 - 15 Juli: Konferensi Pemuda di Sipirok
- 18 - 21 Juni: Konsultasi Teologia di Parapat

1991 9 - 12 April: Sinode Godang Ke 50

1992 23 - 28 Nopember: Sinode Godang Ke 51. Ada 3 agenda di Sinode Godang ini, yaitu; Penyelesaian Kemelut HKBP, Periode Fungsionaris dan menetapkan Aturan Peraturan (AD dan ART) HKBP untuk tahun 1992 s/d 2002. Sinode berhasil memutuskan: Tim Penyelesaian Kemelut dan Aturan HKBP 1992 - 2002 (AD) tanpa Peraturan (ART). Pemilihan Fungsionaris HKBP tidak terlaksana, terjadi keributan dan perpecahan di tubuh HKBP hingga tahun 1998.

1993 11 - 13 Februari: Sinode Godang Istimewa di Medan melalui undangan Pejabat Ephorus. Di Sinode ini terpilih Pdt. Dr. P.W.T. Simanjuntak sebagai Ephorus dan Pdt. Dr. S.M. Siahaan sebagai Sekretaris Jenderal.

1994
- 29 September - 1 Oktober: Sinode Godang ke 52 menetapkan Aturan Peraturan (AD & ART) tahun 1994 - 2004.
- 23 Oktober: Peresmian HKBP Distrik Indonesia Bagaian Timur (IBT)

1995
- 16 - 17 Juni: Sinode Godang Penyatuan HKBP Simarkata Pakpak Otonom dan GKPPD
- 6 agustus: HKBP memandirikan Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD)
- 24 September: Peresmian HKBP Distrik Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta (Jabartendy)

1996
- 17 - 22 Nopember: Sinode Godang ke 53 membicarakan Konfesi HKBP

1998
- 26 Oktober - 1 Nopember: Sinode Godang ke 54 di Pematang Siantar / Balige.
- Pdt. Dr. J.R. Hutauruk terpilih sebagai Pejabat Ephorus dengan tugas menyelenggarakan rekonsiliasi selambat-lambatnya enam bulan.
- 17 Nopember: Pernyataan bersama yang ditanda tangani Ephorus Pdt. D. Dr. S.A.E. Nababan, LLD dan Pejabat Ephorus Pdt. Dr. J.R. Hutauruk di Gereja HKBP Sudirman Medan, menentukan rekonsiliasi melalui Sinode Godang Rekonsiliasi tanggal 18 - 20 Desember.
- 18 - 20 Desember: Sinode Godang HKBP di Kompleks FKIP Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar. Pdt. Dr. J.R. Hutauruk terpeilih sebagai Ephorus dan Pdt. W.T.P. Simarmata, MA terpilih sebagai Sekretaris Jenderal

2000
- 26 Juli: Konfrensi Nasional HKBP di Convention Center Jakarta
- 21 - 24 Nopember: Sinode Godang di Seminarium Sipoholon nemetapkan ” Kebijakan Dasar Pendidikan HKBP” (KDP-HKBP)

2002
- 30 September - 1 Oktober: Sinode Godang di Seminarium Sipoholon menetapkan Aturan Peratutan (AD&ART) yang baru, berlaku 1 Januari 2004, dan Distrik : Jakarta 2, Kepulauan Riau, Jakarta 3, Riau, Langkat, Wilayah Tanah Jawa, Jambi.;

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.
Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah …
(Yohanes 15 ; 16a)

SEJARAH TANAH BATAK

SEJARAH TANAH BATAK

SEJARAH BATAK 3

Sejarah Orang Batak

Versi sejarah mengatakan Si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang. Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.



Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan Si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama Si Raja Buntal adalah generasi ke-20.



Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus.



Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah Timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.



Dengan memperhatikan tahun tahun dan kejadian di atas diperkirakan:

· Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba (Simalungun sekarang), dari Selatan Danau Toba (Portibi) atau dari Barat Danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus. •Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah Timur Danau Toba (Simalungun).



· Sebutan Raja kepada Si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya.



Demikian halnya keturunan Si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan, dsb. Meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah.



Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak Si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu : GURU TETEABULAN, RAJA ISUMBAON dan TOGA LAUT. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya Marga-marga Batak.



Sumber:

disarikan dari buku “LELUHUR MARGA MARGA BATAK, DALAM SEJARAH SILSILAH DAN LEGENDA” cet. ke-2 (1997) oleh Drs Richard Sinaga, Penerbit Dian Utama, Jakarta.





SIAPAKAH ORANG BATAK ?



Orang Batak terdiri dari 5 sub etnis yang secara geografis dibagi sbb:



1. Batak Toba (Tapanuli), mendiami Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah mengunakan Bahasa Batak Toba.

2. Batak Simalungun, mendiami Kabupaten Simalungun dan menggunakan Bahasa Batak Simalungun.

3. Batak Karo, mendiami Kabupaten Karo dan menggunakan Bahasa Batak Karo.

4. Batak Mandailing, mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan dan menggunakan Bahasa Batak Mandailing.

5. Batak Pakpak, mendiami Kabupaten Dairi dan menggunakan Bahasa Pakpak.



Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak. Namun demikian, mereka mempunyai marga-marga seperti halnya orang Batak.

BERTEMU LELUHUR BATAK

Bertemu Leluhur di Toba Na Sae

Pemandangan di sekitar Danau Toba, Sumatra Utara, memang teramat memanjakan mata. Namun di balik keindahan itu, perbukitan sekeliling wilayah yang menjadi andalan pariwisata Provinsi Sumatra Utara ini menyimpan kisah tersendiri bagi etnis Batak. Tepatnya di perbukitan Pusuk Buhit di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir.

Berdasarkan legenda setempat, Pusuk Buhit merupakan asal mula leluhur orang Batak. Syahdan pada abad XII keturunan pertama kali orang Batak yang bernama Siraja Batak singgah di wilayah Toba Samosir. Siraja Batak memiliki anak yang bernama Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon. Daftar Silsilah atau garis keturunan menunjukkan, Guru Tatea Bulan juga merupakan leluhur tua dari Raja Sisingamangaraja.

Bertolak dari silsilah situlah, saban tahun di bulan tertentu sesuai penanggalan setempat, sebagian orang Batak yang percaya akan keberadaan leluhurnya menapak tilas di Pusuk Buhit. Napak tilas ini dianggap penting buat mengingat kembali asal-muasal mereka.

Untuk menuju rumah persembahan Guru Tatea Bulan, orang Batak yang tinggal di perantauan maupun penduduk setempat harus menapaki ketinggian bukit yang mencapai 1.000-1.800 meter di atas permukaan laut dengan berjalan kaki. Walau cukup melelahkan, mereka menganggap menelusuri jejak leluhur adalah suatu kebanggaan tersendiri.

Sebagian warga suku Batak menganggap Guru Tatea Bulan adalah leluhur yang suci. Berada di rumah persembahan Guru Tatea Bulan diibaratkan sebagai sebuah pertemuan antara nenek moyang dan para cucunya.

Diriwayatkan, Guru Tatea Bulan mempunyai empat anak, yakni Saribu Raja, Limbong Maulana, Sagala Raja, Malau Raja, dan Raja Uti. Di puncak Pusuk Buhit, patung-patung perlambang silsilah Guru Tatea Bulan dan anak-anaknya tersebar. Terkadang, para peziarah menghaturkan doa di hadapan patung persembahan. Melalui patung Guru Tatea Bulan dan Raja Uti, doa dipanjatkan kepada Mulajadi Na bolon yang dipercaya sebagai Tuhan dalam kepercayaan leluhur orang Batak. Maka, ziarah dan berdoa adalah kegiatan awal sebelum mereka menggelar ritual Tatea Bulan, sebuah upacara adat untuk menghormati sang leluhur.

Salah satu anak Guru Tatea Bulan yang paling memiliki kesaktian adalah Raja Uti. Konon pada abad pertengahan, Raja Uti berhasil menguasai Tanah Batak dan wilayah Barus, Sumatra. Itu berlangsung sebelum kerajaan Islam berkuasa di sana. Tak mengherankan, bila Raja Uti saat itu dianggap sebagai reinkarnasi dari Tuhan atau yang lazim disebut Mulajadi Nabolon.

Sebagian orang Batak percaya bahwa Raja Uti sering singgah di lokasi yang bernama Batu Sawan. Di Batu Sawan-lah diduga mengalir air yang sering dijadikan pemandian dan ritual kepercayaan adat Batak. Orang Batak yang tinggal di daerah itu menyebutnya sebagai air berkah. Rangkaian ziarah ini dilakukan sebagian orang Batak, sebelum mereka melaksanakan ritual Tatea Bulan.

Menjelang upacara Tatea Bulan, aktivitas warga di Pasar Pagi Limbong, Desa Siputidai, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, berjalan seperti hari-hari sebelumnya. Amani Marna Limbong, seorang pambuhai atau tetua dalam acara adat Tatea Bulan pun menjalankan rutinitas sebagai petugas retribusi di pasar seperti biasa.

Pak Marna, demikian penduduk desa adat tersebut menyapa dirinya. Kendati cukup terpandang, lelaki berperawakan sedang itu tetap berusaha mencari nafkah bagi diri dan keluarganya. Sehari-hari dia bisa mengantongi uang sekitar Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu.

Walaupun sudah enam tahun berperan sebagai pambuhai, Pak Marna tetap bergaul dengan warga biasa. Ia memang tak tinggi hati meski memiliki status sosial di atas sebagian besar penduduk. Dan, setelah menyelesaikan tugasnya di pasar, Pak Marna pun bergegas pulang ke rumah.

Sesampai di kediamannya, dia segera mempersiapkan alat-alat untuk upacara Tatea Bulan. Sementara di dalam rumah, istri dan keluarga Pak Marna pun menyiapkan tali sulaman. Tali ini dinamakan bonang manalu, berfungsi untuk mengikat batu ajimat pada saat upacara nanti.

Kendati demikian, ada beberapa hal yang harus dilakukan Pak Marna sebelum memimpin upacara. Ia pun kemudian mengenakan pakaian pambuhai. Tak lupa, sebuah pengiring atau ikat kepala dikenakannya. Pak Marna percaya, melalui pengiring, sang leluhur akan menuntun dan melindungi jiwa seseorang. Pria berusia 60 tahun ini tampak agung dalam pakaian sakralnya.

Pak Marna kemudian menyiapkan daun tujuh rupa. Antara lain sipilit, ropu, sirih, silinjuang, alum-alum, dan siritak. Sesajian dedaunan ini dipercaya dapat membuat upacara Tatea Bulan berlangsung dengan baik dan jauh dari godaan dan gangguan. Setiap daun dianggap memiliki kekuatan. Sipilit, misalnya, digunakan untuk menjauhkan diri dari amarah. Sedangkan ropu atau rotan sebagai perlambang perekat atau kesatuan untuk menghindarkan warga dari perpecahan.

Tak ketinggalan daun sirih. Inilah yang paling sering digunakan oleh orang Batak untuk menghaturkan penghormatan kepada Tuhan Mulajadi Nabolon. Adapun sirih dan jeruk purut diyakini sebagai syarat perwujudan doa agar permohonan mereka dapat dikabulkan oleh Mulajadi Nabolon.

Sudah enam tahun terakhir, Pak Marna berdoa dengan ritual tersebut. Melalui sesajen yang dibuat itulah, Pak Marna menghaturkan kebaikan dan menjauhkan hal yang negatif saat upacara Tatea Bulan akan dilaksanakan. Tak lupa, Pak Marna menyiapkan pelengkap utama dalam upacara Tatea Bulan, yakni Tombak Jurung Buhit. Tombak dari sang pambuhai itu adalah pamungkas bagi upacara sakral tersebut. Tombak ini nantinya digunakan untuk mengurbankan seekor kerbau sebagai perwujudan korban bagi Mulajadi Nabolon.

Saat yang ditunggu tiba, upacara Tatea Bulan pun digelar. Di tengah terik matahari, warga berkumpul untuk mengikuti upacara Tatea Bulan. Lokasi pertemuan itu bernama Batu Hobon, sebuah tempat suci yang diyakini sebagian orang Batak sebagai tempat harta kekayaan dari Guru Tatea Bulan.

Setiap tahun, warga Batak yang menghormati leluhurnya tersebut mendatangi batu persembahan itu. Tentunya, sembari membawa bekal sesajian. Para peziarah tak lupa membawa sirih, telur, dan jeruk purut. Seluruh sesajen itu dihaturkan di tengah Batu Hobon.

Konon, makna telur sebagai tanda kesuburan dan cikal bakal penerus bagi generasi selanjutnya. Sedangkan sirih merupakan tanda penghormatan dan penghaturan doa kepada Guru Tatea Bulan. Mereka meletakkan keranjang berisi hasil tani di atas Batu Hobon, sambil memohon permintaan agar hasil panen selalu diberkahi sang leluhur.

Dalam upacara Tatea Bulan ini dipersembahkan pula seekor kerbau. Para pemuka adat di Tanah Batak Toba mempercayai kerbau sebagai hewan kurban persembahkan bagi Mulajadi Nabolon atau Tuhan. Setelah dihias dengan hiasan lambe atau janur kuning dari daun pohon nira, kerbau itu dipindahkan ke borotan. Borotan adalah kayu tambatan sebagai pusat pelaksanaan upacara.

Pak Marna pun tiba di Batu Hobon dengan tombak pambuhainya. Tombak tradisional Jurung Buhit ini adalah warisan leluhur dan telah diberikan ropu atau simbol kekerabatan. Tombak Pambuhai segera ditegakkan menjurus ke langit, seakan menyebar mantra untuk menghindari pengaruh buruk.

Diiringi musik pargondang, para pendoa mulai menari dan melangkah kecil untuk mengitari borotan. Tarian ini dinamakan Tor Tor Mangliat. Gerakannya dipercaya sebagai bentuk doa dan rasa syukur. Dalam upacara ini, terkadang para peserta kerasukan. Dalam keadaan tak sadar, mereka memakan telur dan jeruk persembahan. Ini menandakan bahwa Raja Uti, anak dari Tatea Bulan, ikut menghadiri upacara.

Setelah proses pembuktian akan kehadiran leluhur mereka, sang pambuhai segera menarikan Gondang Tatea Bulan. Pak Marna menari dengan lincah dan gesit mengikuti tabuhan gendang, berputar mengelilingi delapan penjuru mata angin. Gerakan tarian ini diyakini sebagai penghaturan pembuka agar doa dan permintaan anak cucu Tatea Bulan dapat terkabul.

Pambuhai pun merapalkan mantra dan mengelilingi borotan sebanyak tiga kali. Saat tarian pambuhai tengah ditabuhkan ke delapan penjuru, Tombak Jurung Buhit menjadi pamungkas persembahan bagi para leluhur Tanah Batak.

Pambuhai memiliki kewajiban menusukkan tombak sebanyak tiga kali ke arah kerbau. Ketiga hunusan terkait dengan Dalihan Na Tolu atau bentuk tali kekerabatan di dalam marga Batak. Setiap hunusan merupakan ungkapan permintaan terhadap leluhur dan Tuhan Mulajadi Nabolon. Terutama agar memberikan keselamatan, kesejahteraan, dan perlindungan abadi bagi seluruh keturunan orang Batak.

Usailah upacara Tatea Bulan di Pulau Samosir, pulau di tengah Danau Toba yang indah atau Toba Na Sae. Tahun depan, ritual itu pun bakal digelar kembali. Dan, penghormatan leluhur ini bakal terus berlangsung hingga keturunan Mulajadi Nabolon yang terakhir berada di muka bumi.

SEJARAH BATAK 2

Sejarah Pelayaran Batak Kuno

Sejarah Maritim Batak Kuno

Dalam sebuah karya tulisnya, Jaime Errazuriz menyebutkan bahwa terdapat peradaban produksi kertas yang berlipat di Amerika Tengah. Kemampuan membuat kertas tulis tersebut sangat mirip atau hampir sama dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang Batak. Michael Coe, memberikan data yang lebih detail mengenai masalah ini. Setelah melakukan studi atas tulisan Dr. Paul Tolstoy dari Montreal University (‘Paper Route' published in Natural History 6/91).

Terdapat bukti-bukti yang sangat kuat mengenai eksistensi pelayaran kuno Bangsa Batak ke berbagai penjuru dunia yang menandakan abad keemasan ilmu pengetahuan dan peradaban Batak saat itu.

Tolstoy telah melakukan studi yang sangat mendetail mengenai teknik dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan kertas dari kulit pohon tersebut di wilayah Pasifik. Menurutnya, teknik tersebut sudah sangat umum diketahui di peradaban Batak kuno, Asia Tenggara, Cina dan Amerika Tengah. Diyakini teknologi tersebut menyebar ke daerah-daerah Indonesia bagian timur menuju ke Amerika Tengah.

Dugaan sentuhan peradaban Batak tersebut, diperkuat dengan bukti bahwa fungsi utama dari kertas-kertas kulit kayu tersebut adalah untuk dokumentasi ritual, kalender, informasi-informasi astronomi yang memang seperti itu adanya dalam kebudayaan Batak.

Diduga kuat bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh orang Amerika Tengah didapat melalui kertas tersebut yang dibawa oleh ekspedisi maritim Batak dan mengakibatkan pertukaran budaya antara dua Bangsa; Batak dan Maya.

Kesimpulan yang digariskan oleh Paul Tolstoy tersebut sangat menarik dan memberikan sebuah teka-teki: “Jika memang tidak ada yang membawa teknologi tersebut kesana (Mesoamerika) lalu siapa yang membawanya?”

Pemukul bundelan kertas pohon pertama yang sama digunakan oleh penduduk Maya pernah ditemukan di daerah Pasifik yang berumur 2500 tahun atau sekitar 200 tahun lebih muda dibandingkan yang ditemukan di Asia Tenggara.

Sampainya teknologi pembuatan kerta tersebut diketahui terjadi pada awal-awal perkembangan peradaban Maya, satu-satunya peradaban di Amerika kuno yang mempunyai teknologi pembuatan kertas.

Mengenai pertanyaan pelayaran trans-Pasifik, Michael Coe menegaskan bahwa, keberadaan ekspedisi asing dari Asia ke wilayah ini bukanlah berarti peradaban Maya merupakan jiplakan saja namun mereka mungkin telah menerima ide-ide penting dari mereka yang datang tersebut.

Dari studi mengenai maritim kuno Batak (antara 3000-1500 SM) dan studi pelayaran bangsa-bangsa Cina Asia lainnya serta eksistensi mereka di Benua Amerika sebelum si Colombus, dapat diketahui bahwa telah terjadi sebuah hubungan kultural yang sangat harmonis antara Asia, khususnya Batak, dengan Benua Amerika serta benua-benua lainnya. Masa-masa tersebut diyakini telah mengalami globalisasi kuno dengan klimaksnya dalam sebuah titik sejarah dan selanjutnya mengalami penurunan sampai datangnya Bangsa Arab dan Eropa.

Beberapa bukti-bukti pelayaran kuno Cina yang dapat dipertanggung-jawabkan telah ditemukan di beberapa tempat di Benua Amerika. Begitu juga dengan keberadaan ekspedisi maritim Batak di sana yang ditandai dengan hubungan budaya antara Batak dan Maya dalam teknologi kertas ini.

Apabila peradaban Mesir, Yunani, Romawi, Cina, Arab dan Harappa telah banyak berkontribusi kepada peradaban dunia, maka sebenarnya peradaban Batak, tentu bersama suku lainnya seperti Bugis dan Kalimantan, telah berkontribusi banyak kepada peradaban Bumi lainnya, khusunya impak kebudayaan mereka terhadap belahan bumi Pasifik, Amerika, Madagaskar, bangsa-bangsa di Samudera India dan lain sebagainya.

Peradaban Batak sendiri diyakini banyak berkontribusi kepada peradaban Amerika Kuno, khususnya Bangsa Maya Yucatan. Di samping alih teknologi kertas, ilmu pengetahuan lainnya nampaknya diserap oleh peradaban kuno Amerika, seperti sistem kalender, metode pengukuran gerhana bulan dan matahari dan lain sebagainya.

Dalam sejarah Batak sendiri telah banyak dikenal personalitas-personalitas yang menjadi pioner peradaban maritim Batak. Di antaranya adalah Raja Uti, yang melakukan terobosan mendasar dengan memindahkan kerajaannya dari Sianjur Mula-mula atau dari kebudayaan agraris ke daerah pantai Barus sampai Singkil yang kemudian membentuk peradaban maritim Batak.

Teknologi kertas telah menjadi sesuatu yang umum dalam komunitas-komunitas Batak. Apatah lagi disemarakkan oleh penulisan Kitab Pustaha Agung dan Pustaha Tumbaga Holing oleh Guru Tatea Bulan dan Guru Isumbaon.

Dalam mitologi-mitologi kuno, banyak disebutkan mengenai pelayaran-pelayaran tokoh-tokoh sejarah baik itu dengan tujuan musafir, migrasi, menuntut ilmu maupun sebagai aktivitas ritual budaya dan keyakinan.

Hanya saja masih terdapat kekurangan dalam menafsir mitos-mitos tersebut dalam pengertian sejarah. Diyakini berbagai mitologi tersebut tidak terbentuk begitu saja sebagai karangan cerita semata, melainkan terdapat sebuah peristiwa sejarah yang sangat menarik yang membuat para nenek moyang Batak merasa bangga untuk selalu menceritakannya kepada para keturunannya.